Strategi Investasi Saham Agresif vs Defensif: Mana Pilihanmu?

- Strategi defensif cocok untuk investor dengan toleransi risiko rendah dan saham dari sektor kebutuhan pokok.
- Strategi agresif sesuai untuk investor yang siap menghadapi risiko tinggi demi potensi imbal hasil besar, memilih saham dari sektor pertumbuhan.
- Investor strategi defensif memiliki tujuan jangka panjang dan respons pasar yang stabil, sementara strategi agresif mengejar pertumbuhan cepat dan sensitif terhadap perubahan pasar.
Dalam dunia investasi saham terdapat dua pendekatan utama yang kerap dijadikan sebagai pilihan, yaitu strategi defensif dan strategi agresif. Kedua strategi tersebut memang memiliki karakteristik yang sangat berbeda, sehingga penting untuk memahami terlebih dahulu mana yang paling sesuai dengan tujuan finansial dan juga toleransi risiko yang kamu miliki.
Strategi defensif cenderung fokus pada kestabilan dan juga perlindungan modal yang dimiliki, sementara untuk strategi agresif biasanya hanya akan mengejar pertumbuhan tinggi dengan risiko yang lebih besar. Untuk menentukan pendekatan yang tepat, maka perhatikan perbedaan mendasar terkait strategi defensif dan agresif agar bisa memahami dampaknya terhadap portofolio investasi untuk jangka panjang.
1. Tingkat risiko dan profil investor

Strategi defensif ternyata sangat cocok untuk para investor yang memang memiliki nilai toleransi risiko rendah dan lebih mengutamakan terkait kestabilan nilai aset, seperti investor pemula atau pensiunan. Strategi ini memang pada umumnya memilih saham dari perusahaan yang mapan dan cenderung tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi pasar yang ada.
Sebaliknya untuk strategi agresif memang lebih sesuai untuk para investor yang siap dalam menghadapi risiko tinggi demi potensi imbal hasil yang cukup besar. Pendekatan ini memang seringkali menargetkan saham-saham dari sektor pertumbuhan, seperti teknologi atau startup yang volatilitasnya cukup tinggi.
2. Jenis saham yang dipilih

Untuk strategi defensif biasanya para investor akan lebih mengutamakan saham-saham dari sektor kebutuhan pokok, seperti farmasi, makanan, dan utilitas perusahaan. Dalam sektor ini memang dianggap lebih tahan terhadap potensi resesi dikarenakan produknya tetap diperlukan dalam kondisi ekonomi apa pun.
Sementara untuk strategi agresif lebih tertarik pada saham-saham yang memiliki potensi lojakan dengan harga tinggi, seperti energi terbarukan, perusahaan teknologi, hingga saham IPO. Saham jenis ini memang sangat menjanjikan terkait pertumbuhan cepat, namun juga disertai dengan potensi koreksi yang cukup tajam.
3. Tujuan jangka panjang dan jangka pendek

Investor yang menerapkan strategi defensif pada umumnya memiliki tujuan jangka panjang, seperti menjaga nilai investasi hingga masa pensiun. Pada umumnya mereka akan lebih tertarik terkait pada pertumbuhan stabil dan dividen rutin, jika dibandingkan dengan keuntungan besar dalam waktu yang relatif singkat.
Di sisi lain untuk strategi agresif justru lebih sering digunakan oleh para investor untuk mengejar pertumbuhan cepat dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya mereka akan lebih aktif dalam melakukan transaksi jual beli saham untuk bisa memaksimalkan potensi perolehan cuan dari pergerakan pasar yang dinilai dinamis.
4. Respons terhadap perubahan pasar

Strategi defensif ternyata menunjukkan performa yang relatif lebih stabil atau bahkan ketika pasar sedang mengalami penurunan hingga resesi. Investor biasanya akan lebih memilih pendekatan ini karena tidak terlalu terpengaruh oleh sentimen pasar dan fokusnya pun lebih pada fundamental perusahaan yang cukup kuat.
Sebaliknya untuk strategi agresif ternyata sangat sensitif terhadap fluktuasi pasar dan juga berbagai berita ekonomi karena volatilitas saham yang dipilihnya cenderung tinggi. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada momentum dan juga kejelian untuk membaca peluang yang ada di tengah perubahan cepat.
Memilih antara strategi investasi saham defensif dan agresif ternyata sangat bergantung pada profil risiko, tujuan keuangan, hingga gaya pengelolaan portofolio yang kamu miliki. Meski memang tidak ada satu pun pendekatan yang paling benar, namun para investor tetap dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing. Terpenting kenali dirimu terlebih dahulu sebelum menentukan langkah investasi yang diambil!