Sudah Terapkan Gaya Hidup Sehat, Masih Perlukah Asuransi?

Intinya sih...
Biaya kesehatan meningkat setiap tahun, mencapai 19 persen pada 2025
Perlindungan asuransi membantu jaga masa depan finansial keluarga
Proteksi kehidupan penting dalam perencanaan keuangan jangka panjang
Jakarta, IDN Times - Gaya hidup yang sehat kini mulai menjadi pertimbangan serius, terutama bagi masyarakat di kota-kota besar.
Mulai dari rutin berolahraga, konsumsi makanan organik, hingga praktik mindfulness. Laporan dari McKinsey mengatakan, Gen Z dan Milenial bahkan menyumbang 41 persen belanja global di sektor wellness, menunjukkan kepedulian tinggi terhadap kesehatan dan kualitas hidup.
Melihat tren itu, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), yang merupakan anggota IFG, holding BUMN asuransi, penjaminan, dan investasi, mendorong masyarakat untuk tidak hanya hidup sehat, tapi juga lebih sadar risiko melalui perlindungan yang menyeluruh.
"Dengan perlindungan jiwa dan kesehatan yang tepat, setiap individu dapat melangkah lebih percaya diri menuju hidup yang tenang, produktif, dan bermakna," ujar Direktur Bisnis Individu IFG Life, Fabiola Noralita, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (2/7/2025).
Berikut tiga alasan mengapa proteksi kehidupan layak menjadi bagian dari prioritas hidup kamu.
1. Ada kenaikan biaya kesehatan setiap tahun
Berdasarkan publikasi Health Trends 2025 yang dirilis oleh Mercer Marsh Benefits, inflasi medis Indonesia diproyeksikan mencapai 19 persen pada 2025, naik dari 17,9 persen pada 2024.
Angka tersebut jauh melampaui inflasi umum. Hal itu dilihat menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, terlebih dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Tanpa perlindungan memadai, biaya pengobatan penyakit serius dapat mencapai ratusan juta rupiah, angka yang bisa menggerus tabungan dalam sekejap.
Oleh sebab itu, IFG Life memperkenalkan produk asuransi IFG LifeChoice yang menawarkan perlindungan, tidak hanya terhadap penyakit kritis, tetapi juga risiko meninggal dunia.
Apalagi, menjaga pola makan, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan buruk tidak sepenuhnya menghilangkan risiko penyakit kritis. Faktor-faktor seperti riwayat keluarga, usia, dan genetika, tetap memainkan peran besar dalam menentukan kemungkinan seseorang mengalami penyakit kronis.
2. Masa depan finansial diri dan keluarga lebih terjaga
Kehilangan penghasilan akibat sakit, kecelakaan, atau bahkan kematian mendadak, bukan hanya berdampak pada individu, tapi juga pada orang-orang terdekat.
Tanpa perlindungan finansial, beban ekonomi ini cenderung berpindah ke pasangan, anak, atau orang tua, yang mungkin tidak siap secara materi maupun mental.
Di Indonesia, sistem jaminan sosial masih terbatas cakupannya, membuat risiko ini menjadi jauh lebih besar.
3. Bagian dari strategi perencanaan keuangan jangka panjang
Di era literasi keuangan yang semakin berkembang, terutama untuk kalangan usia produktif, perencanaan finansial kini dipahami bukan hanya soal menabung atau berinvestasi demi keuntungan, tapi juga soal mengelola risiko.
Sayangnya, literasi asuransi di Indonesia masih rendah (31,7 persen) dengan inklusi hanya 16,6 persen, jauh di bawah sektor perbankan.
Artinya, sebagian besar masyarakat belum memiliki proteksi kehidupan dan siap menghadapi risiko seperti sakit kritis, kecelakaan, atau kehilangan penghasilan.
Dalam konteks ini, proteksi kehidupan menjadi elemen penting dalam strategi keuangan jangka panjang. Asuransi bukan instrumen untuk menambah uang, melainkan bentuk investasi jangka panjang untuk menjaga kestabilan finansial dan kesehatan.
"Maka, nasabah yang membeli polis akan semakin ringan premi yang dibayar. Asuransi bersifat proaktif, bukan reaktif, karena manfaat maksimal hanya bisa diraih jika dimulai sebelum risiko datang," tulis IFG Life.