Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Media Briefing HSBC 2025.jpg
Head of Networks Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja (kiri); International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia, Lanny Hendra (tengah); Moderator (kanan), pada Media Briefing: Survei HSBC Affluent Investor Snapshot 2025, Senin, (15/9/2025). (IDN Times/Indira Pranasdita).

Intinya sih...

  • Gen Z & Milenial percaya diri soal investasi.

  • Pergeseran portofolio ke aset nyata.

  • Perencanaan masa depan & pendidikan luar negeri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – HSBC menggelar media briefing dengan tema “Survei HSBC Affluent Investor Snapshot 2025” di Jakarta, pada Senin (15/9/2025). Survei ini menunjukkan investor kelas atas di Indonesia tetap optimistis mencapai tujuan finansial meski dihantui kenaikan biaya hidup 84 persen dan ketidakpastian ekonomi 79 persen.

Hal ini salah satunya terlihat dari alokasi emas dalam portofolio investor kaya Indonesia kini mencapai 25 persen, dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Survei ini melibatkan 547 responden Indonesia dengan aset investable antara 100 ribu dolar Amerika Serikat (AS) hingga 2 juta dolar AS. Temuan menariknya, investor muda Gen Z dan Milenial lebih optimistis dibanding generasi sebelumnya.

1. Gen Z dan Milenial lebih percaya diri soal investasi

Head of Networks Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja. (IDN Times/Indira Pranasdita).

Investor Gen Z dan Milenial menunjukkan tingkat keyakinan tertinggi dalam mencapai tujuan finansial. Mereka cenderung lebih cepat mengadopsi produk keuangan inovatif seperti unit link dan emas digital. 

“Generasi muda ini menjadikan investasi bukan hanya sumber pendapatan tambahan, tetapi juga bentuk tanggung jawab kepada keluarga,” ujar Head of Networks Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja.

Sementara itu, generasi yang lebih tua, seperti Gen X dan Baby Boomer, lebih fokus pada stabilitas dan proteksi aset. Mereka memprioritaskan tabungan untuk pensiun, mencerminkan fase hidup yang lebih berhati-hati terhadap risiko.

2. Pergeseran portofolio ke aset nyata

International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia, Lanny Hendra. (IDN Times/Indira Pranasdita).

Salah satu tren terbesar adalah lonjakan alokasi ke emas. Menurut International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia, Lanny Hendra, peningkatan ini mencerminkan keinginan investor menjaga nilai kekayaan. “Kami terus mengedukasi nasabah untuk menyeimbangkan gaya hidup dengan rencana investasi yang sehat,” kata Lanny di sela media briefing.

Selain emas, porsi kas menurun karena investor beralih ke aset produktif seperti properti, obligasi, dan produk investasi terkelola. Pergeseran ini memperlihatkan bahwa nasabah semakin proaktif menghadapi ketidakpastian ekonomi.

3. Perencanaan masa depan & pendidikan luar negeri

Sumirat Gandapraja, Head of Networks Sales and Distribution, HSBC Indonesia (kiri) dan Lanny Hendra, International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia (kanan) dalam pemaparan Survei HSBC Affluent Investor Snapshot 2025 di Jakarta, Senin, (15/9/2025). (Dok. HSBC).

Rata-rata kebutuhan dana pensiun yang diinginkan investor kaya Indonesia naik menjadi 656 ribu dolar AS dari 446 ribu dolar AS pada tahun sebelumnya. Fokus generasi muda tidak hanya pada pensiun, tetapi juga mendukung keluarga serta menyiapkan pendidikan luar negeri untuk anak-anak mereka.

HSBC menekankan pentingnya perencanaan yang matang agar keluarga dapat memanfaatkan pendidikan luar negeri sebagai investasi kompetensi global bagi generasi penerus.

Hasil survei ini menegaskan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global, investor affluent Indonesia semakin tangguh dan adaptif. Dengan strategi yang lebih terencana, diversifikasi portofolio, dan fokus pada tujuan jangka panjang, mereka optimis masa depan finansial dapat tercapai dengan baik.

Editorial Team