HSBC Proyeksi Investasi di Saham Masih Diminati Investor

- HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memprediksi kinerja saham akan mengungguli obligasi.
- Portofolio investasi yang terdiversifikasi terbukti unggul dibanding hanya menyimpan uang tunai.
- HSBC GPB berpandangan netral terhadap obligasi global dan lebih memilih strategi investasi obligasi yang lebih aktif di tengah peningkatan fluktuasi suku bunga.
Jakarta, IDN Times - HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) meyakini kinerja saham akan mengungguli obligasi, dan kinerja obligasi akan lebih baik daripada simpanan tunai.
Chief Investment Officer, Asia, Global Private Banking and Wealth HSBC, Fan Cheuk Wan mengatakan, HSBC GPB tetap melakukan pendekatan secara aktif dan taktis dalam memilih obligasi yang tepat agar tetap menghasilkan keuntungan.
"Demi mengurangi risiko geopolitik dan perdagangan dunia yang tidak menentu, HSBC GPB berpandangan overweight secara taktis pada hedge fund dan emas sebagai sarana lindung nilai dari risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio. HSCB GPB juga memperkirakan US Dollar akan tetap kuat," ungkapnya dikutip, Jumat (10/1/2025).
1. Banyak investor lakukan diversifikasi aset

Ia menjelaskan sepanjang tahun 2024, portofolio investasi yang terdiversifikasi terbukti jauh lebih unggul dibandingkan hanya menyimpan uang tunai.
"Kami perkirakan tren ini akan berlanjut di tahun 2025. Meskipun kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang baru menimbulkan ketidakpastian dalam kebijakan domestik, perdagangan, dan keuangan, kami yakin bahwa pemotongan pajak dan deregulasi akan berdampak positif bagi aset-aset berisiko di Amerika Serikat," tegasnya.
2. Kondisi risk on kurangi daya tarik obligasi safe haven

Menurutnya, kondisi risk-on akan mengurangi daya tarik obligasi safe-haven. Selain itu, selisih imbal hasil juga relatif ketat.
Oleh karena itu, HSBC GPB berpandangan netral terhadap obligasi global dan lebih memilih strategi investasi obligasi yang lebih aktif di tengah peningkatan fluktuasi suku bunga.
"HSBC GPB memperkirakan bahwa risiko geopolitik dan ketidakpastian perdagangan akan meningkatkan permintaan terhadap investasi lindung nilai terhadap risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio, sehingga mendukung overweight kami terhadap emas dan hedge funds, serta alokasi strategis pada pasar privat,” tambah Fan.
3. Bank Sentral di negara maju akan kompak pangkas suku bunga acuan

Menurutnya bank sentral di berbagai negara akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, kecuali Bank Sentral Jepang.
"Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin secara bertahap pada Maret, Juni dan September 2025. Hal ini akan membuat suku bunga acuan di Amerika Serikat berada di kisaran 3,50 persen - 3,75 persen pada September 2025,” ungkap Fan.