HSBC Rugi Rp26,8 Triliun akibat Susutnya Kepemilikan Saham di BOCOM

- HSBC mengalami potensi kerugian hingga 1,6 miliar dolar AS akibat penurunan kepemilikan saham di Bank of Communications Co. Ltd. (BOCOM), bank terbesar kelima di China.
- Penurunan kepemilikan saham HSBC di BOCOM dipicu oleh aksi penggalangan dana BOCOM melalui penerbitan saham baru, menyebabkan kerugian akuntansi yang signifikan.
Jakarta, IDN Times - HSBC Holdings Plc, salah satu bank terbesar di dunia mengumumkan potensi kerugian hingga 1,6 miliar dolar AS (Rp26,8 triliun) akibat penurunan kepemilikan saham di Bank of Communications Co. Ltd. (BOCOM), bank terbesar kelima di China. Pengumuman ini disampaikan pada Selasa (29/4/2025), seiring dengan langkah BOCOM untuk menggalang dana baru yang mengakibatkan dilusi saham HSBC.
Kerugian ini menjadi sorotan karena mencerminkan tantangan yang dihadapi bank-bank global di pasar China, di tengah dinamika ekonomi dan regulasi yang kompleks. HSBC, yang telah lama menjadikan Asia sebagai pasar utama, kini harus menyesuaikan strategi investasinya untuk menjaga stabilitas keuangan, sambil tetap berkomitmen pada ekspansi di wilayah tersebut.
1. Penyebab kerugian besar HSBC

Penurunan kepemilikan saham HSBC di BOCOM dipicu oleh aksi penggalangan dana BOCOM melalui penerbitan saham baru, yang dilakukan untuk memperkuat modal bank tersebut. Akibatnya, porsi saham HSBC di BOCOM turun dari 19,03 persen menjadi sekitar 16 persen, menyebabkan kerugian akuntansi yang signifikan, yang diperkirakan mencapai 1,6 miliar dolar AS (Rp26,8 triliun) sebelum pajak.
“Kerugian ini adalah konsekuensi dari dilusi saham kami di BOCOM, yang merupakan bagian dari strategi penggalangan dana mereka,” kata juru bicara HSBC, dilansir dari Yahoo Finance.
Meski demikian, HSBC menegaskan hubungan strategis dengan BOCOM tetap kuat, dengan fokus pada kolaborasi di bidang pembayaran, pembiayaan perdagangan, dan wealth management.
2. Dampak pada strategi HSBC di China

HSBC, yang menghasilkan sebagian besar pendapatannya dari Asia, terutama Hong Kong dan China, kini menghadapi tekanan untuk menyeimbangkan portofolio investasinya. Penurunan saham di BOCOM terjadi di tengah tantangan ekonomi China, termasuk risiko tarif perdagangan dari Amerika Serikat (AS) dan perlambatan permintaan global, yang dapat memengaruhi margin bank.
“Kami akan terus berinvestasi di China, terutama dalam wealth management dan layanan perbankan premier,” ujar CEO HSBC Georges Elhedery, dikutip dari South China Morning Post.
Meski mengalami kerugian, HSBC tetap optimistis dengan potensi pasar China. Bank ini juga baru saja membuka pusat kekayaan di Hangzhou pada Rabu (16/4), sebagai bagian dari ekspansi di pasar China daratan.
3. Respons dan langkah ke depan HSBC

Untuk mengatasi dampak kerugian ini, HSBC tengah melakukan restrukturisasi global yang dipimpin oleh CEO Georges Elhedery, yang menargetkan penghematan biaya sebesar 1,5 miliar dolar AS (Rp25,1 triliun) hingga akhir 2026. Langkah ini mencakup penjualan aset di pasar dengan imbal hasil rendah, seperti portofolio hipotek di Australia senilai 13 miliar dolar Australia (Rp140,2 triliun).
“Fokus kami adalah mengalokasikan sumber daya ke pasar dengan pertumbuhan tinggi seperti Hong Kong dan Asia secara keseluruhan,” kata Elhedery, dilansir dari Bloomberg.
HSBC juga berencana untuk memperkuat posisinya di sektor kredit swasta dan mendukung ekspansi global perusahaan China, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan profitabilitas.