OJK Prediksi Dana Emiten Tembus Rp200 Triliun hingga Akhir 2021
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi penggalangan dana atau raising fund di pasar modal hingga akhir 2021 bisa mencapai Rp200 triliun.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan per Agustus 2021 dana emiten di pasar modal tersebut sudah mencapai Rp136,9 triliun.
"Sampai Agustus sudah raising fund 136,9 triliun. Sampai akhir tahun untuk pipeline ini ada Rp56,6 triliun, bahkan mungkin bisa tumbuh lagi. Sehingga kami perkirakan sampai akhir tahun raising fund di pasar modal bisa mencapai Rp200 triliun," ucap Wimboh dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (30/8/2021).
Baca Juga: BI Jamin Dampak Tapering The Fed Tak Separah 2013
1. Dana emiten tahun ini paling tinggi dalam 4 tahun terakhir
Dia mengatakan angka penggalangan dana di pasar modal yang telah mencapai Rp136,9 triliun itu adalah posisi tertinggi dalam 4 tahun terakhir, atau tepatnya sejak 2017.
"Ini luar biasa, tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini kalau tidak salah hanya pernah terjadi di 2017," tutur Wimboh.
Menurutnya, dengan semakin banyaknya modal investor yang masuk di pasar modal, maka turut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini salah satu sumber pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan pasar modal. Kita akan dorong terus emiten-emiten untuk mengeluarkan pembiayaan melalui pasar modal," tutur Wimboh.
2. IHSG diklaim terjaga sepanjang 2021
Editor’s picks
Di sisi lain, OJK menilai kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2021 ini terjaga di atas 6.000. Bahkan, menurutnya IHSG menunjukkan kondisi seperti sebelum pandemik COVID-19.
"IHSG sustain di atas 6.000, ini seperti sebelum COVID-19, volatilitas terjaga. Ini akan terus kita jaga dan kita pertahankan," ujar Wimboh.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Masih Rendah, BI Pertimbangkan Exit Policy Akhir 2022
3. Kinerja kredit perbankan masih harus digenjot
Selain pasar modal, OJK juga terus memantau kinerja perbankan. Per Juli 2021, kredit perbankan tumbuh 1,5 persen secara year to date (ytd), atau 0,50 persen secara year on year (yoy). Menurut Wimboh, kinerja kredit perbankan pada Juli secara yoy itu turun dibandingkan Juni yang tumbuh 0,59 persen yoy.
Dia mengatakan hal itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mengetatkan PPKM selama Juli 2021.
"Dari grafik yang ada, memang di Juli ini menjadi flat. Yang tadinya April-Juni sudah naik. Ini dampak dari adanya mobilitas yang sangat terbatas di Juli. Mudah-mudahan ini bangkit lagi, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang ada," kata dia.
Lebih lanjut, OJK mencatat ada 200 debitur terbesar di Indonesia. Menurut Wimboh, para debitur besar itu tak membutuhkan modal kerja seperti sebelum pandemik. Oleh sebab itu, permintaan kredit masih rendah.
"Dari 200 debitur besar yang kami track dari sebelum pandemik, kreditnya masih minus Rp75,51 triliun. Dan untuk top 10 debitur besar, kreditnya masih minus Rp65,66 triliun," ujar dia.
Baca Juga: OJK: Investor Pasar Modal Didominasi Millennial dan Gen Z