[PUISI] Gradasi

Hangat menyesakkan, dingin menggerogoti 

Melintasi jalan panjang tanpa nama
masuk ke dalam rerimbun kanopi tak berujung
sepasang mata itu akhirnya menoleh cemas
keheningan semakin mencekam tatkala berada di sudut terang sekalipun
jiwanya bertanya, tempat apa ini?

kakinya terus menapaki tanah kering yang menyambut beku
hanya ada warna dari dedaunan yang menguning
menumpuk tak tersisih,
hilang bersama musim
dan berirama dengan angin

gemerlap lampu dan suara bising telah sirna di kejauhan
semakin dalam memasuki ruang hampa itu
hangat namun menyesakkan
dingin yang terus menggerogoti

Seketika peluh sayup mengucur deras
melihat pepohonan menjulang di sudut gelap
seakan melontarkan pesan dari gerakan ranting-rantingnya
hatinya menangkap gradasi dari sudut itu
mereka berbicara dalam hening
mereka bergumam memandang iba
menyaksikan terang beralih gelap yang kini dirasa
jiwanya terus bertanya, 
kapan cahaya itu kembali hadir? 
kapan suara lalu-lalang itu kembali terdengar?

tak ada jawaban,
pohon-pohon itu kembali membisu
angin tak menyapanya lagi
dedaunan telah terkubur 
semuanya lelap oleh alunan masa

Baca Juga: [PUISI] Bisikan Mesra Puisi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya