[PUISI] Seutas Tali dan Balon 

Masih menunggu di lembar terakhir

Tak sengaja membuka lembaran kertas yang mulai pudar
Kalimat-kalimat itu seakan mengitari semua jejak di jalan sepanjang bergulirnya waktu
Seketika memori masa itu dijelajahi

Menatap di antara senja dan malam di mana terlihat matahari dan bintang lainnya di sudut kota
Mereka berkumpul...
Tatapan kosong di mataku mengaburkan semua gelayut warna alam
Tanganku terus memegang seutas tali dan balon yang mengudara
Burung-burung menjauhi matahari dan kepulan asap dari cerobong yang menjulang
Gedung-gedung itu sunyi tak berisik seperti biasa
Tak terdengar tapakan kaki sedikitpun
Kesunyian diantara keindahan tercipta
Aku terpaku bersama ruas jalan

Waktu itu... 
Awan-awan mulai berpencar mengikuti angin yang menuruni bukit
Rambutku menari seperti lambaian daun kelapa
Masih terasa udara yang mengalir di saat senja
Masih terdengar lantunan nada yang tak sengaja ditemu di saat malam
Masih tertulis semua lamunan dan mimpi yang menyatu di saat galaksi di angkasa menyapa
Namun sapaan itu tak menjawab...

Sapaan dari masa lalu yang tersimpan dan  ditandai pembatas
Batasan itu terlihat jelas pada garis antar tiang-tiang di kedua sudut gelap dan terang
Banyak tanda di kanan kiri, di bawah semak dan rumput teki

Tanda yang banyak ditanya
Tanya yang masih belum tergambar, dan
Gambar itu masih menunggu di lembar terakhir.

 

Baca Juga: [PUISI] Di Balik Rintik Hujan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya