Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Anekdot Masa Lalu

ilustrasi perempuan sedih (pixabay.com/DanaTentis)

Aku tergelincir di atas rindu yang membasahi matamu

Mata yang selama ini selalu membuatku terpaku tanpa merasa jemu

Terngiang-ngiang oleh namamu yang begitu manis saat kusandingkan di sebelah namaku

Kupikir, kamu dan aku akan melebur menjadi satu kata yaitu kita!

 

Asumsiku melucu, saat kurasa bahwa semua tak lagi senada

Saat dirimu memilih pergi dari hati yang cukup lama kau singgahi ini

Kamu pergi tanpa permisi, sedangkan aku tetap di sini karena lupa jalan menuju arah kembali

Mungkin saja aku yang terlalu dewana, hingga diperbudak oleh rasa tak sewajarnya

 

Baiklah, izinkan aku menangis sambil tertawa untuk selang beberapa masa kedepan

Meski terlihat seperti orang gila, tapi lebih baik seperti ini daripada aku harus pura-pura bahagia

Jikalau aku tahu akhirnya akan begini, mungkin di awal aku lebih berhati-hati

Jikalau di ujung hanya berakhir nestapa, mungkin mulai saat ini aku tak akan lagi sembarangan menaruh asa

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us