[PUISI] Kidung Perpisahan meski Luka Menyayat Perih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lagi-lagi aku kehilangan gairah saat fajar memendar
Aroma kopi yang menusuk penciuman tak mempan merayu
Tetap saja, badanku tak melunak
Aku memilih betah menyendiri dalam kamar berkabut resah
Pijar mataku berlirih suram laiknya hatiku yang meragu
Sukmaku mengasa dendam meramu segumpal benci
Kian penuh, memancing amarah
Dua bola mataku menatap nanar
Pikiran berkelana di belantara dilema
Tak ada syahdu tentramkan kalbu
Detak nadiku gaduh, tubuh penuh peluh keluh
Semuanya usai, sirna seiring derai air mata di tebing pipiku yang membasah
Hidup serba runyam, luka menyayat perih
Selamat berpisah!!
Baca Juga: [PUISI] Sebuah Puisi untuk Arga
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.