[PUISI] Secangkir Kejujuran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Matahari datang
Memenuhi janjinya pada pagi
Seperti secangkir kopi
Yang sudah bersiap menemanimu
Menemui hari baru
Mereka selalu bertanya, "mengapa memilih kopi menjadi temanmu?"
Mereka bilang kopi candu
Sayangnya kopiku tak pernah kuteguk
Aku pukan pecandu kopi
Aku hanya pecinta aroma kopi
Aku tak pernah meneguk hitamnya
Hingga mengecap pahitnya pada lidahku
Kopi hanya ritual pagi
Yang menemani hariku
Mengapa memilih kopi, padahal bukan seorang penikmat kopi?
Bukankah itu pertanyaan dalam benakmu?
Banyak insan yang mempertanyakannya
Aku memilih kopi
Menyambut hariku
Bukan cinta
Karena cinta memgabaikan kejujuran
Secangkir kopi yang mengajarkannya
Kopi tak pernah malu menjadi hitam
Ia tak pernah berdusta
Kopi tak pernah berkata manis
Ia tak pernah memaksaku meneguknya
Kopi tak pernah berusaha berubah hitam menjadi putih
Kopi selalu menuangkan kejujuran dalam setiap cangkirnya
Tidak seperti cinta
Kerap kali ia berdusta
Berkata manis
Berakhir pahit
Mengucap janji
Tapi tipu daya belaka
Jika kau ingin menikmati kopi
Belajarlah meneguk kejujuran
Ia tak pernah berdusta
Tampil apa adanya
Hitam tetap hitam
Tak memaksa diri menjadi putih
Tak mengapa pahit
Asal buah kejujuran
Jangan mengaku manis
Jika hanya tipu daya
Aku suka menikmati aroma kejujuran secangkir kopi, tanpa harus mendustai diri
Bekasi, 25 September 2018
Baca Juga: [CERPEN] Aku Jatuh Cinta Pada Kai
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.