[PROSA] Romantika Hidup

Langkah kaki mungilnya menebas derai hujan yang makin deras

Langkah kaki mungilnya menebas derai hujan yang makin deras. Sambil memakai payung mini merah muda, ia berlari menjemput ibunya yang  berjualan di tepi jalan. Sebagai pedagang asongan, Yanti memiliki semangat demi anak-anaknya. Ia menjadi janda semenjak suaminya tiada dua tahun silam. Karena menjadi korban tabrak lari, suaminya meninggal dalam kondisi kritis dan tak bisa diselamatkan. Alna adalah putri kedua mereka. Kehidupan keluarga Yanti sangat sederhana bahkan kedua putrinya hanya memiliki beberapa potong baju untuk dipakai setiap hari.

Mendiang suami Yanti hanyalah seorang pedagang asongan kecil. Biasanya ia mangkal di dekat trotoar atau di tepi jalan sambil berteriak menjajakan dagangannya . Yanti tidak pernah cerewet menjadi seorang istri. Ia mengerti keadaan suaminya yang bekerja sangat keras demi menghidupi keluarga kecilnya. Kini, kondisinya mulai berbeda. Berkat mendiang suaminya, ia tetap meneruskan usaha menjadi pedagang asongan yang memberi mereka sedikit harapan untuk bertahan hidup.

"Bu, ayo kita pulang. Hujan semakin deras!" seru Alna menyodorkan payung usang kepada ibunya.

Wanita dan anak itu berlalu pergi, meningalkan jalanan yang masih diguyur hujan yang belum reda. Mereka berteduh di sebuah ruko yang sudah tutup karena hujan terlalu lebat. Aroma petrichor yang tercium membuat senyum Alna mekar seketika. Alna sangat menyukai aroma setelah hujan. Apalagi saat ini ia berjalan sambil menggandeng tangan ibunya . Ia bersenandung kecil, bernyanyi tentang semua mimpi dan cita-cita. Yanti hanya bisa tersenyum melihat gadis kecilnya memiliki impian masa depan. Saban sepertiga malam, ia tak pernah lelah mendoakan anak-anaknya supaya memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang .

Mereka tiba di sebuah rumah berukuran kecil. Rumah yang dibangun seadanya dengan luas hanya beberapa petak saja tanpa jendela. Yanti dan mendiang suaminya hanyalah para perantau dari desa. Bisa membangun rumah seperti itu saja mereka sudah sangat bersyukur mengingat kehidupan di kota metropolitan yang teramat sulit.

Bermacam latar belakang dari daerah yang berbeda-beda tinggal di kawasan ini. Kawasan itu sendiri memang tidak memiliki hukum tanah yang jelas. Alhasil mereka selalu waspada bila terjadi penggusuran sewaktu-waktu oleh petugas keamanan. Para warga yang tinggal di kawasan tersebut hanya memiliki penghasilan rendah dan tidak tetap. Setiap hari mereka harus bergumul dengan tumpukan-tumpukan sampah demi menyambung hidup. Tak terkecuali Alna dan kakaknya.

Mereka selalu bersemangat memulung tumpukan sampah yang menggunung. Alna sangat senang saat menemukan mainan baru meski kondisinya sudah rusak. Ia kegirangan sambil membawa boneka tanpa kepala. Kakak Alna juga sangat senang menemukan mainan puzzle yang terbuat dari kayu. Meski banyak potongan puzzle tidak lengkap, ia tetap asyik memainkannya. Yanti sangat bahagia melihat anak-anaknya bisa tertawa mengingat tanpa seorang ayah mendampingi mereka.

Bagi Yanti kehidupan adalah romantika yang mengajari keluarga kecilnya tetap bertahan dalam setiap keadaan. Awalnya ia sangat bersedih karena mendiang suaminya tidak berada di sisinya lagi. Namun, ia tetap mencoba tegar. Kesedihan yang berlarut-larut hanya akan memberinya beban dan penuh tekanan.

Kala mengumpulkan kekuatan, kehidupannya akan menciptakan sebuah keajaiban. Ia ingin menyelesaikan romantika kehidupannya dengan bahagia dan sederhana; mengikuti alur-Nya demi membesarkan anak-anak hingga meraih cita-citanya kelak.

Bagi sebagian orang, hidup adalah sebuah peperangan nyata yang bisa membunuh setiap jiwa manusia kapanpun jika lengah sedikit saja.  

Baca Juga: [PROSA] Progeria

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

bintang kecil Photo Writer bintang kecil

Live every moment

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya