[PUISI] Menghidu Pagi 

Mengeluh sudah jadi kudapan sehari-hari 

Bukan petrikor yang kuhirup sembari telusuri lapangan upacara
Bukan pula tapak sepatu berdebu yang kutemui di lorong-lorong kelas
Boro-boro saling merangkul wajah familier sambil menanyakan PR
Tinggal kenangan yang sudah jauh berbulan-bulan 

Membuka kelopak mata
Hanya untuk kembali depan sebongkah layar
Sambil mengangguk-angguk seolah paham
Padahal kepala masih memproses khayal
Keseruan webtun yang dibaca semalam
Entah bagaimana kelanjutannya

Tiba-tiba ditunjuk dosen untuk tuturkan jawaban soal 
Buyar sudah semua pikiran ihwal manhwa isekai 
Hanya meringis selepas tinggalkan ruang
Belum genap sebulan masuk bangku perkuliahan

Menghidu pagi bukan sekadar pagi
Bangun kesiangan langsung klik tautan konferensi 
Setiap hari kulalui sambil mengaduh sana-sini
Mau bagaimana lagi
Punggung sudah terbiasa disakiti 
Nasib nilai di akhir masih terkatung-katung tak sadarkan diri 

Baca Juga: [PUISI] Beranjak Pelan-Pelan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Matthew Suharsono Photo Verified Writer Matthew Suharsono

We're lost in the rain, so let's run away.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya