[PUISI] Tak Lagi Memekar

Sudah terlambat, Sayang 

Sudah terlambat, Sayang
pikirmu tiada bakal layu
sedang
pekarangan telah bisu.

Kita tidak kunjung satu suara
apa lagi yang harus ditahan
hanya terus saling membagi luka
tanpa senda namun sedan.

Gerimis telanjur padam
kelopakku terus menghilang
pada rindu yang terus membenam
izinkan aku tak lagi berkalang.

Karena sudah tak berbekas 
boro-boro memekar indah
di sepanjang daun meranggas
aku kadung terpatah-patah.

Baca Juga: [PUISI] Pengkhianatan Terhebatmu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Matthew Suharsono Photo Verified Writer Matthew Suharsono

We're lost in the rain, so let's run away.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya