[PUISI] Tanah Kelahiran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pagiku yang tenang
Setenang ombak yang datang menghadang
Hal kecil yang selalu aku rindukan
Ketika aku bersimbiosis dengan hiruk pikuk perkotaan
Melampaui sebagian besar tahap perkembangan di pedesaan
Menginjakkan kaki di tanah kebanggaan terasa enggan
Menjadi seorang yang tak berkawan
Membuatku menepi kepinggiran laut dan hutan
Berteman dengan monyet dan ikan
Bertemu dengan nelayan menjadi suatu kebanggaan
Menginjakkan kaki di atas kayu yang melayang merupakan sebuah impian
Aku tak pernah merasakan
Berinteraksi dengan kawan dalam sebuah permainan
Entah karena sibuk dengan alam
Atau karena aku yang memang tak pernah dipandang
Yang menjadi satu dari beribu alasan
Memilih alam sebagai pelarian
Menghardik diri sebagai penghuni zona nyaman
Tak membuatku merasa terkekang
Ketika waktuku tiba
Ketika gerbang zona nyaman telah dibuka
Mau tidak mau aku harus mulai melangkah
Mencoba mengenal apa itu pelabelan dan stigma
Dan mencoba mengolah data tanpa berpatok pada persepsi semata
Mulai mengenal sebaya dan kolega
Di usiaku yang bisa dikatakan tak lagi muda
Mulai Memahami bahwa semua manusia tak bisa dipandang sama
Bahkan aku terbelalak ketika aku menyadari aku bagian dari mereka
Namun, sejauh apapun aku pergi
Sebanyak apapun aku melangkahkan kaki
Aku tak pernah bisa berkhianat diri
Selalu kusisihkan waktu untuk kembali
Untuk sekedar cerita dan berbagi
Tak peduli senang ataupun sedih
Setidaknya sedikit banyak dapat mengusir perih
Wahai kawan....
Aku harap engkau tak pernah meninggalkan
Diriku dalam kesendirian
Ketenangan yang engkau timbulkan
Akan menekan memori yang tertinggal
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.