[Cerpen] Malang Maling

Pencuri itu melihat sebuah kotak kaleng bekas makanan 

Aku sedang duduk di teras ketika ada seseorang yang tertangkap basah mencuri dompet seorang bapak-bapak yang sedang menyaksikan anaknya menari di atas panggung perayaan tahun baru. Di tempat tinggalku, sudah menjadi kebiasaan jika perayaan tahun baru dimulai sejak siang hari. 

Acaranya berlangsung meriah. Semua terlihat senang. Tidak ada wajah sedih sedikit pun. Kecuali di rumahku yang tepat berada di seberang panggung perayaan tahun baru. Keluargaku baru saja kehilangan anggota keluarga.

Ingin sekali aku bersedih. Namun, aku lebih memilih untuk tersenyum saja, toh tidak ada seorang pun yang melarang aku untuk tersenyum. Aku hanya bisa berharap dan berdoa semoga semuanya dapat tetap baik-baik saja. Setelahnya, aku tidak tahan berlama-lama di dekat jasad itu dan lebih memilih duduk di beranda.

Maling yang tertangkap basah itu ketakutan. Seketika panggung yang meriah menjadi penuh orang yang marah. Pencuri lari masuk ke pagar rumahku, ia melihat pintu rumahku terbuka dan ia pun masuk. Pencuri itu masuk ke dalam dan bersembunyi di bawah tempat tidur. Warga tidak berani masuk ke rumah, mereka tahu jika masuk maka mereka akan diberi pilihan olehku, diganggu setiap hari atau rumah mereka akan sepi.

Pencuri itu tetap diam di bawah tempat tidur sampai akhirnya di luar tidak terdengar lagi suara warga yang marah. Aku tidak berani menangkapnya. Aku diam-diam sembunyi di samping lemari dan mengintip pencuri itu keluar dari bawah tempat tidur. Ia tidak langsung keluar. Ia mencari barang berharga di rumahku. Aku mengikutinya terus dengan memastikan pencuri itu tidak mengetahui keberadaanku.

Pencuri itu melihat sebuah kotak kaleng bekas makanan. Setelah dibuka, kotak itu berisi uang persediaanku yang sengaja tidak disimpan di bank. Aku ingin menangkap pencuri itu, tapi sayang aku tidak berani. Aku takut padanya, terlebih badannya yang lebih besar dariku.

Pencuri itu pun memasukkan uang simpananku ke dalam saku celananya yang masih berdebu karena bersembunyi di bawah tempat tidur tadi. Setelahnya, ia kembali menyusuri rumahku mencari barang berharga.

Pencuri itu menemukan satu set cangkir yang masih di dalam kardus. Aku ingin memukul pencuri itu sampai mati, tapi aku tetap tidak berani. Ia memasukkan cangkir itu ke dalam tas bekas yang ia temukan sebelumnya di dalam lemari kamarku.

Kemudian, sepertinya pencuri tidak tahan ingin membuang sesuatu dari dalam badannya, dan ternyata tepat, dia pergi ke toilet. Aku ingin memberi tahu dirinya kalau toilet itu tidak ada air. Tapi tidak bisa karena aku ingin bersembunyi mengikutinya. Aku tidak mengikutinya ke toilet karena aku tidak bisa bersembunyi di sana, juga aku dan dia sama-sama pria. Aku tidak mau melihat barang yang aku pun punya.

Setelah selesai dengan urusannya di toilet, ia menuju lantai dua. Mencari barang berharga yang bisa dibawa. Pencuri menemukan sebuah kotak kaca berisi origami yang berasal dari Jepang. Aku suka origami sejak kecil, dan ketika tetanggaku pergi ke Jepang, aku memesan origami.

Pencuri itu sepertinya sudah puas dengan apa yang dibawa. Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Panggung di depan rumah semakin ramai saja ketika aku melihat pencuri itu keluar rumah.

Pencuri ke luar rumah rumah dengan wajah yang gelisah. Rumahku gelap, jadi tidak akan terlihat orang masuk keluar rumah. Pencuri langsung berlari keluar rumah melewati pagar. Betapa kagetnya pencuri itu ketika aku menghampirinya dengan cepat dan menjatuhkannya ke aspal.

Aku memberi pilihan kepada pencuri, “Kau mau kubawa ke kantor polisi atau kuantar kau ke rumah dan katakan kepada anak istrimu kalau kau pencuri?”

Tak lama setelah aku menghampiri, pencuri itu berteriak sehingga warga berdatangan dan menangkapnya. Warga yang menyaksikan kejadian itu esok harinya langsung menebar bunga dan berdoa di sekitar rumahku agar tidak ada lagi yang menjadi korban.

Baca Juga: [CERPEN] Tersesat di Pemakaman

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Muhammad Ridlo Photo Writer Muhammad Ridlo

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya