[PROSA] Melepas Ego

tentang pundakmu dan egoku

dulu, kamu pernah berkata agar aku jangan pernah menangis dihadapanmu
aku lantas menyerangmu dengan pertanyaan mengapa begitu
kamu bilang kalau kamu tak akan sanggup menahan diri
menahan diri dari apa, tanyaku selanjutnya
dari menarikku ke dalam pelukanmu

sejak percakapan itu, aku merasa bahwa pundakmu akan selalu ada untukku
untuk menopangku, menenangkanku, dan menjadi tempatku berteduh
hingga pada akhirnya aku merasa menjadi pemilik pundak itu
keduanya, kanan dan kiri

aku salah..
bahkan sejak saat pertama kali semua pemahaman itu merajai pikiranku
seharusnya aku tak boleh merasa memilikimu
pun pundakmu

kamu adalah nama lain kebebasan
tak seharusnya kuikat untuk kujadikan milikku satu-satunya
jiwamu akan terkekang
hatimu akan terkurung
dan aku hanya akan menjadi penghalang atas kemurnian rasaku padamu
kasih sayangku untukmu

maafkan atas ego yang belum benar-benar padam
juga atas kelambanan memahami apa yang seharusnya sudah kumengerti jauh-jauh hari
aku akan terus belajar meluruhkan keakuanku

tunggulah, jika kamu berkenan
genggamlah, jika kamu masih yakin
jika tidak, maka aku harus kembali belajar dua hal sekaligus
belajar melepaskan ego
dan kamu...

Baca Juga: [CERPEN] Percakapan Hujan yang Turun 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya