[PUISI] Kutukan Nostalgia

Betapa bayanganmu masih saja menggelayut di kepalaku

Bagaimana aku bisa lupa?
Jika sujud dan air mataku
Tak mampu membasuh luka;
Hal ihwal ingatan pelukan yang acap kali menenangkanku dulu

Bagaimana aku bisa lupa?
Jika saat aku sempat tidak mengingatnya;
Sejurus kemudian malah menjadi lelucon nostalgia yang kau kirim tanpa jeda

Membuat impresiku terpaksa berhenti melupa
Dan kembali membuka lembar pesakitan yang coba kutimbun dengan tobat

Kau tak akan mengerti
Bahwa setiap pemberhentian kereta api adalah mimpi buruk
Yang tak bisa kutuntaskan setengah malam

Masjid
Ruang kajian
Bahkan taman hewan;
Adalah semua tentang kenapa aku tidak pernah berhenti tidak mengingatmu

Kurasa
Sujudku memang belum khusyuk
Air mataku masih terurai rindu untukmu

Doaku, aku mungkin belum sungguh-sungguh ingin melupakanmu

Ketakutanku masih palsu
Karena setiap bertemu denganmu, bola mata itu sebenarnya rindu

Yang malu-malu berkhianat pada niat melupakanmu
Kau, kutukan nostalgiaku

Baca Juga: [PUISI] Hujan Akhir Januari

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Paradigma Kita Photo Writer Paradigma Kita

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya