[PUISI] Abdi yang Terusai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada rasa semerbak aroma mawar
Yang menjadikan temu sebagai penawar
Di kala rindu tak bisa dihantar
Dan cinta begitu kelu untuk terujar
Sayap-sayap patah itu merindu
Bulu-bulunya rebas tergugur sendu
Oleh angin lalu terlayang meronta pilu
Patahan helainya lenyap terhunus sembilu
Lekuk-lekuk langit itu suram meruntuh
Menghanyutkan cinta dalam tangis luruh
Teraduh jiwa abdi nan angkuh
Bahwasanya raga tangguh telah bersimpuh
Adalah daku pengabdi setia merasa
Di kala abdimu berang terengkuh asa
Ada cinta kita sebagai kuasa
Leluasa dari waktu penyiksa
Lalu iring senja berlari kilat
Kita tidak merasa secepat itu usai
Rambut memutih, keriput wajah tak lagi aduhai
Abdimu mendawai cintaku dengan gemulai
Ketika itu, hela napas telah lunglai
Lekuk-lekuk langit turut berair
Bulirkan cinta kita di setiap nadi berdesir
Dalam surga tak lagi gabir
Cintaku terenyuh pupus
Abdiku kian getir terusai tulus
- Medan Tergugah Sendu, Sajak Februari.
Baca Juga: [Cerpen] Tentang Cinta
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.