Ia tak pernah berteriak, tapi semua tunduk
Langkahnya tak terlihat, tapi selalu memburu
Tak peduli siapa yang merintih atau jatuh tersungkur
Sang waktu tetap mengejar, dengan wajah tanpa ragu
Di balik detik, ada cemas yang disembunyikan
Menit demi menit, membakar tanpa nyala
Ia menagih janji, menuntut impian
Tanpa jeda, tanpa pernah bertanya
Amarahnya sunyi namun menggerus
Mengikis harap yang lamban menyala
Ia murka pada ragu yang terus menumpuk
Pada diam yang tak jua menjelma usaha
Maka bangkitlah sebelum ia lewat
Sebelum amarahnya jadi penyesalan
Karena waktu, tak benar-benar jahat
Ia hanya tegas pada sang pemalas