[PUISI] Anak yang Terpenjara di Rumahnya Sendiri

Lalu, kami bisa apa?
Saat kata bagai air panas yang menguap dalam ruang gelap.
Dan keberuntungan meraung-raung mencari artinya.
Sedang kuasa lagi kebebasan terjebak dalam diri kecil yang harus mengais-ngais meminta dikasihani.
Bagi kami, hidup ini terlalu dini untuk runtuh.
Waktu terasa lambat dilalui dan terlalu panjang dirasakan, detiknya seakan mengiris tiap-tiap kadar.
Sebab, tiada hari tanpa pekikan yang buat sakit telinga.
Tiada hari tanpa hati yang tersayat sembilu hingga luka.
Raga kami telah rusak oleh berjebah jejas yang menganga.
Tentang jiwa, pun seolah cacat oleh ujar dan laku yang memerihkan.
Apa itu cinta? Yang ada hanya benci dan antipati.
Kami ingin pulang, tapi bukan pada rumah yang kami telah sampai.
Meski tak pernah merasakan, kami rindu pelukan, kami rindu bersenang-senang.
Kami ingin keluar dan mekar.
Namun, kami bisa apa?