Di sudut senyap, kursi itu menanti,
kusam oleh waktu yang menggerus perlahan,
bayang-bayang usang menari,
tinggalkan jejak dengan langkah perlahan.
Pernah ia hangat oleh tubuh,
dijaga lengan yang kini raib,
namun kini hanya bayang berlabuh,
pada kayu renta yang letih menggigit.
Engkau menunggu, namun sia-sia,
tiada lagi langkah mendekat,
hanya debu yang setia bercerita,
tentang yang pergi, pudar dari lekat.
Duhai kursi,
dalam luka sunyi,
akankah ia kembali?
adakah rindumu akan terobati?