Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Bias Debar

unsplash.com/Nik MacMillan

Kicau burung pagi ini teramat riuh
Saling sapa hingga bergaduh
Di bawah langit mendung yang mulai mengeluh
Atas kedatangan rinai beriring gemuruh

Sekejab saja mata ini beralih
Menitikkan sendu kerna menahan pedih
Mendekap sebuah nama terkasih
Yang berlalu pergi tanpa meninggalkan dalih

Kini mega-mega nampak semakin mengabu
Hingga siang dan terik tak sudi beradu
Hanya ada hamparan jejak lalu
Yang sisakan deretan kisah berselimut debu

Tanpa sadar mata t'lah jumpai petang
Bersama lukisan jingga tersamar bayang
Membentuk rupa di lekat pandang
Dan kembali rindui jiwa yang masih terkenang

Namun satu saja yang kurasa masih benar
Bahwa sejak pagi mengantar rindu 'tuk menjalar
Aku tahu kemana arah debar
Membias pada satu nama tanpa kabar...

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
T y a s
EditorT y a s
Follow Us