Katanya, aku takkan bisa menjelma bintang raksasa
Terlalu redup tuk keluarkan warna
Dicap pemimpi yang tak kenal realitas
Lalu terkurung dalam jeruji norma
Namun, kututup telinga dari semua cela
Tak ingin tunduk pada peraturan menyiksa
Kutempa langkah tanpa mengenal masa
Terus berjuang, meski lelah di pelupuk mata
Mungkin nanti, di bait doa yang kulangitkan
Pada tiap jeritan putus asa yang menggema
Atau berliter air mata yang mengalir ke muara
Ada satu yang buat semesta mengiba
Dan bila saat itu tiba
Mampukah kubungkam hina dina?
Atau malah terperosok semakin dalam
Tanpa satu pun sudi untuk menggenggam