Suara kita seharusnya sama
Menjadi pendukung untuk yang lainnya
Menjadi penopang di kala dunia membebani jiwa
Sebab terjebak dogma yang kian miris dan sakit
Kita seharusnya saling menguatkan
Bukan menjatuhkan, menghakimi, atau meremehkan
Dalam perang tak kasatmata yang seolah enggan untuk usai
Namun, cibiran dan tatapan sinis itu nyalar berseru
Memunculkan luka baru yang membiru
Katamu, “Perempuan memang sulit untuk memilih”
“Perempuan jangan terlalu kuat dan mandiri”
“Perempuan jangan kelamaan sendiri”
“Perempuan pakai perasaan, bukan logika”
“Perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi”
“Perempuan ditakdirkan sebagai penurut, bukan pelopor”
Dan kalimat-kalimat usang lainnya yang memenjarakan
Kita seharusnya teman
Yang senantiasa merangkul dan memeluk kala kesusahan
Bukan musuh yang merasa tidak aman dan terancam
Lantas menikam dengan kata-kata yang kejam
Untuk puan,
Dunia kita bukan selayaknya kompetisi
Bukan tentang siapa yang paling cantik
Atau yang paling gemilang dalam ceritanya
Pun yang paling sempurna tanpa cela
Melainkan tentang kekuatan untuk tumbuh bersama
Sebab, di balik setiap senyum dan asa
Ada perjuangan yang hanya kita yang mampu merasa
Maka, saling mendukunglah dan saling ada
Terus menyuarakan bahwa kita berdaya