[PUISI] Hampa Senandika

Luka masih tergambar jelas
Atas benci yang membara bak api
Juga rundungan tak sekali, dua kali
Hingga koyak rasa dalam diri
Lebam tak terlihat di badan
Sayat pun tak berbekas di permukaan kulit
Namun, cela yang dirasa nurani tak bisa dibohongi
Mendesak memoar yang dahulu terusik lagi
Anak kecil dalam diri meronta ingin bersuara
Menuntut balasan atas torehan kecewa yang tak berkesudahan
Hingga kini, anak kecil yang malang tapi tak di dengar
Memendam, menahan dan berusaha lupakan
Luka lama basah oleh nelangsa
Kian bertambah musabab resah
Kuat, kuat, kuat
Jalan terang hampir dekat terlihat
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.