Kau adalah senja yang menetap di cakrawala,
tak pernah benar-benar pergi,
meski malam kerap mencuri cahayamu.

Kita adalah dua bintang jatuh
yang menolak padam,
menari di langit sunyi
dengan cahaya saling menjaga.

Engkau tumbuh di hatiku
seperti akar yang tak terlihat,
namun menguatkan tanah
tempatku berdiri saat badai menggila.

Tawamu bak gerimis di padang retak,
menghidupkan bunga-bunga
yang kupikir telah mati selamanya.

Kita tak butuh peta
sebab jiwamu kutemukan
di antara detak waktu dan diamku.
Kau adalah rumah
yang kusebut tanpa suara.

Dan andai waktu menghapus jejak langkah,
biarlah angin membawa nama kita
ke langit yang sama,
tempat ikatan sunyi ini
tak pernah membeku.