[PUISI] Lautan Peluh

Berdentang nyaring lonceng besi,
pagi berjelaga menyongsong hari,
pekerja bangkit, memikul nasib,
luka di tangan, nyeri di batin.
Keringatnya bak sungai, deras mengalir,
tetap lapar, tetap letih,
mimpinya tembaga, hatinya baja,
tapi kantungnya tetaplah hampa.
Oh, adakah adil dalam cemarut dunia?
Di mana emas, di mana perak,
jika tangan yang menatah tak turut merasa?
Malam bersuara, siang bisu belaka.
Roda berputar, miskin abadi.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.