Di sudut jalan, kaca retak menggema,
tapi ia tak pernah benar-benar pecah.
Ia belajar mengalir seperti air,
karena kadang kekuatan ada di getaran terlemah. Kota menyanyi dengan sisa suara,
tiap lampu jalan menari di tepi malam.
Aku lewat, membawa bekas luka yang
mulai berubah jadi dermaga kecil. Bukan semua cerita perlu akhir yang pahit,
kadang cukup menyimpannya di antara debu dan angin.
Kaca itu kini mengajarku:
pecahlah, tapi jangan pernah berhenti bersinar. Lalu esok, ketika hujan kembali,
kita akan menjadi danau yang menyerap langit,
bukan batu tumpul yang menunggu waktu
untuk mengganti diri. Karena bahkan retakan
bisa menjadi sungai yang membawa
apa pun yang terlalu berat untuk dibawa.
