Hiruk pikuk caci maki
Keluar dari mulut si pedengki
Syair-syairnya yang picik
Dapat menelanjangi diri
Seperti hujan menumbuhkan padi
Yang menjadi penyebab banjir
Padinya dimakan dengan lahap
Hujannya dihinakan
Diberikan kehangatan beserta kedamaian pada hatinya yang kosong
Ditopang dan dikuatkan raganya yang begitu rapuh
Tetap saja nuraninya tak sampai
Tak mampu tuk menerima
Walau nyatanya sedang menikmati karunia
Tetap saja durhaka
Apakah harus menunggu waktu bersungkawa?
Atau meratapi penyesalan di akhirat nanti?