Nostalgia pada memoir berabad silam
Membawa kaki menapak mantap
Pada gerbang tua di sudut jalan 
Yang tampak usang dan kumuh
Lantas kujajal dengan penuh yakin 

Tak ada seorang pun penduduk
Hanya ada rintihan tajam gagak
Serta tusukan samar sepoi angin
Serta diriku sendiri berdiri
Menatap runtuhan bangunan

Tempatku bertumbuh besar
Tertawa dan menangis haru
Lalu berteriak dan berseteru
Ludes habis dilahap petaka
Menyisakan kenangan pahit

Begitulah namanya, kota mati
Bergaris polisi dilarang masuk
Sama seperti diriku yang pergi
Kota itu juga pergi menjauh
Dariku, dari lubuk terdalam hati