Tak bisa ku berkata-kata
Tak bisa ku merasakan begitu pedihnya cinta
Ku lepaskan semua perasaan yang ku ukir
Kini telah merekah pilu
Tersentak ku mendengar celotehan yang berdengung
Dukaku termenung menderu bagaikan di atas air
Mulutku membungkam seperti kelabu
Kehancuran kalbuku yang tersayat-sayat
Jerah, murka, kuyuh, inilah yang mengisi kehidupanku
Hari terlewati dengan kalbu yang pilu
"Mengapa ku terpincut terhadapmu?"
Aku meratapi dilemanya cinta
Hatiku berkata dalam kesedihan
Betapa rumitnya rasa ini
Hidupku penuh dengan batu kerikil
Kan ku campakkan sejauh mungkin kepiluan yang melukai dalam kalbuku
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Pilu dalam Kalbu

ilustrasi kesedihan (pexels.com/Pixabay)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us