Larik demi larik tertoreh begitu syahdu
Berbisik lirih perihal perih yang tertatih-tatih
Tentang hidup yang kadang merengek meminta hadiah
Atau bahagia yang sesekali tampak rapuhnya
Saat bait demi bait tertulis indah
Jiwaku masih lara nyatanya, teramat susah
Sedang diksi terus mengalirkan air mata
Entah apa maknanya, duka atau nestapa
Dan ketika sajak melengkapi rasa
Tetap, aku masih mencari-cari makna
Aku malar terluka, patah
Tapi, puisiku tiada berdarah