Kau datang dengan langkah tenang
Namun aku menyambutmu dengan prasangka
Kupikir matamu menyimpan dusta
Padahal di sana hanya ada luka
Kita berbicara tanpa benar-benar mendengar
Sibuk menafsir, lupa memahami yang benar
Kata-kata pun menusuk seperti duri
Menyakiti hati yang tak lagi berani
Saat aku menuduh, kau hanya diam
Dalam diam-mu, aku kalah pada pikiran sendiri
Salah sangka tumbuh jadi tembok tinggi
Memisahkan dua hati yang dulu saling mengerti
