Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Suara yang Tak Hilang meski Belum Kembali Pulang

ilustrasi kata-kata (pexels.com/Jimmy Chan)

Sesungguhnya ada satu suara yang tak pernah bisa hilang
Dari kepalaku meski nyaris tiga dekade belum kembali pulang

Sesungguhnya suara itu bukan perampok dan bukan pendosa 
Mengejawantah ia jadi kata yang memburu para penguasa 
Yang gemetar kala merebut periuk nasi orang biasa 
Dalam kuburnya entah di mana ia masih bicara
Mengapa kau kokang senjata?

Bahkan penguasa tak lagi berlagak pintar dalam ruang seminar
Terang-terangan busuk dan menelanjangi diri dalam surat kabar 
Bahwasanya mereka tak pernah waspada dan belajar mendengar 
Sibuk balas budi ke sana ke mari jalan dipaksa agar terbuka lebar 
Asing osang asing dijadikan kambing hitam padahal menolak sadar

Ini tanah airmu, di sini kita bukan turis 
Kendati dirampas orang-orang tajir apatis 
Hingga tiap-tiap perlawanan disebut anarkis
Suara itu tetap abadi walau senantiasa teriris 
Kurang puaskah dengan latihan baris-berbaris?

Ketika penguasa sibuk ongkang kaki seolah paling sakti 
Pangkas sana-sini demi mengenyangkan perut kroni
Rakyat yang terus dipermainkan satu per satu mati 
Entah dibunuh birokrasi entah dibunuh oligarki
Namun suara itu gemanya tidak berhenti

Biar merangkak di balik saung bintang lima
Bukannya beribadah dan kumpulkan pahala 
Malah ingin hidupkan bayang-bayang lama
Sayangnya perlawanan juga berlipat ganda
Aku masih utuh dan kata-kata belum binasa

Sesungguhnya ada satu suara yang tak pernah bisa hilang
Dari kepalaku meski nyaris tiga dekade tidak pulang

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Matthew Suharsono
EditorMatthew Suharsono
Follow Us