[PUISI] Suara yang Tak Hilang meski Belum Kembali Pulang

Sesungguhnya ada satu suara yang tak pernah bisa hilang
Dari kepalaku meski nyaris tiga dekade belum kembali pulang
Sesungguhnya suara itu bukan perampok dan bukan pendosa
Mengejawantah ia jadi kata yang memburu para penguasa
Yang gemetar kala merebut periuk nasi orang biasa
Dalam kuburnya entah di mana ia masih bicara
Mengapa kau kokang senjata?
Bahkan penguasa tak lagi berlagak pintar dalam ruang seminar
Terang-terangan busuk dan menelanjangi diri dalam surat kabar
Bahwasanya mereka tak pernah waspada dan belajar mendengar
Sibuk balas budi ke sana ke mari jalan dipaksa agar terbuka lebar
Asing osang asing dijadikan kambing hitam padahal menolak sadar
Ini tanah airmu, di sini kita bukan turis
Kendati dirampas orang-orang tajir apatis
Hingga tiap-tiap perlawanan disebut anarkis
Suara itu tetap abadi walau senantiasa teriris
Kurang puaskah dengan latihan baris-berbaris?
Ketika penguasa sibuk ongkang kaki seolah paling sakti
Pangkas sana-sini demi mengenyangkan perut kroni
Rakyat yang terus dipermainkan satu per satu mati
Entah dibunuh birokrasi entah dibunuh oligarki
Namun suara itu gemanya tidak berhenti
Biar merangkak di balik saung bintang lima
Bukannya beribadah dan kumpulkan pahala
Malah ingin hidupkan bayang-bayang lama
Sayangnya perlawanan juga berlipat ganda
Aku masih utuh dan kata-kata belum binasa
Sesungguhnya ada satu suara yang tak pernah bisa hilang
Dari kepalaku meski nyaris tiga dekade tidak pulang