Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Selepas Melayat

ilustrasi kematian (pixabay.com/joaph)

Apa yang kamu lihat di hari kematianmu?
Masih kenalkah dengan raga yang terbujur kaku?
Mata tertutup, membungkam kalbu 
Tak ada lagi rasa gengsi, sirna sudah rasa malu

Kamu butuh uluran tangan orang lain,
Untuk sekadar menutupkan kafan di atas raga 
Membacakan doa supaya mengantar batin,
Katanya semakin banyak, pintu ilahi bisa bercahaya 

Aku yang berada di sisi keluarga yang sendu
Melihat lirih tetesan air mata nan pilu
Merasakan berakhirnya kehidupan semu
Yang tak lagi bisa membuat semuanya bertemu

Melayat nyatanya tak bisa dipisahkan dari kehidupan,
Tinggal menunggu giliran kapan waktuku tiba 
Kapan diriku yang diselimuti kedinginan
Sampai ajal menjemput dengan kereta kencana

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us