[PUISI] Mengulang Memori sang Dwiwarna

Bukankah mengingatmu tak perlu menunggu hari kemerdekaanmu?

Dulu, kau dalam masa pertumpahan darah bahkan penghapusan nyawa
Ratusan raga tergeletak bersama nadi yang telah terhenti
Manusia yang belum lama bernapas, berujung tak mampu bernapas selamanya
Hilang, melayang sudah
Dulu, mengeluarkanmu dari kelompok durjana sangat tak mudah
Mereka yang bertamu dengan manisnya
Masuk bersama kebusukan yang diselipkan
Memang betul durjana
Wajah yang tak punya salah
Serta kaki yang tak punya malu untuk berdiri
Hati yang tak punya rasa hati
Seenaknya masuk untuk menguasai
Naik pitam terjadi tak hanya sesekali
Sebab ingkarnya yang terus menjadi, hingga berujung agresi
Nyawa demi nyawa pun tak segan hilang sebab hati nurani yang telah hilang pula
Kini, mata ini mampu melihatmu berkibar disiliri angin
Tampak sudah buah dari nyawa dan darah yang kau taruhkan
Disertai tangan Tuhan yang punya kekuatan
Kini, memanglah bukan di tahun '45 lagi dan bukan di hari kemerdekaanmu pula
Namun, bukankah mengingat perjuangan tak perlu menunggu hari kemerdekaan?

Baca Juga: [PUISI] Suara Hening

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tika Nur Hasanah Photo Verified Writer Tika Nur Hasanah

should I go on (?).. @tikanh_26

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya