[PUISI] Sebingkai Wajah

Kalau tak keberatan, mampirlah ketika mataku terpejam

Malam tak kunjung habis
Hanya aku dan sebingkai wajahmu
Bersama gumpalan tisu yang berserak
Penuh jejak ingus dan air mata
Mengukir relief luka

Tubuh pengisi bingkai itu terus membayangiku
Tubuh tinggi yang setiap hari tak bisa lagi kurengkuh
Kini terhempas sudah di tanah tempatmu berasal
Menyisakan kenangan
Yang baru bertebaran setelah pembuatnya hilang

Pipimu bersinar meski cahaya begitu remang
Parasmu terbingkai tenang
Wajahmu seteduh cahaya kunang-kunang
Tetap indah, meski siang maupun petang

Kau, yang terlukis di dalam bingkai
Bukanlah yang terakhir kusaksikan
Namun sorot matamu menyiratkan kelegaan

Apa yang kau lihat?
Tempat menawan yang dijanjikan Tuhan?
Atau bebanmu luluh lantak,
terlepas sudah dan tak lagi kau pikul dengan berat?

Kalau kau tak keberatan,
Mampirlah sebentar saja
Ketika mataku terpejam

Untuk kurengkuh, sekali saja
Agar luka yang terlanjur menganga ini tak percuma
Aku ingin satu lagi
Kenangan bersamamu
Meski ku tahu, ini tak nyata

 

Di bawah cahaya remang, 19-1-19

Baca Juga: [Puisi] Serupa Jebakan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Vera Ditias Photo Writer Vera Ditias

Penggemar gula jawa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya