[PUISI] Tanya Khawatir

Haruskah semua tanya diisi jawaban cepat? 

Tiga bulan setelah perpisahan kemarin
Malam selalu mengantar pulang kenang yang sempat terjalin
Memutar lagu-lagu lambat meski aku sangat tak ingin
Mempertanyakan banyak mengapa yang sudah tak lagi mungkin

Malam selalu menyediakan tempat untuk doa-doa merana
Menyediakan ruang tenang untuk meneteskan air mata
Bersama luka yang hingga kini masih jelas terasa
Kau pikir maaf bisa mengembalikan runtuh menjadi utuh dengan sederhana?

Berhentilah bercanda anak muda
Leluconmu sungguh tidak mengundang gelak dan tawa
Selama ini aku seperti penonton bayaran yang dipaksa untuk membuatmu merasa berharga
Lantas setelah kau merasa istimewa, peranku kau matikan begitu saja
Bukan lagi sakit, dadaku seperti sedang ditusuk-tusuk rasa kecewa

Dalam malam dingin sering aku berpikir
Mengapa seperti ini Tuhan menciptakan takdir
Hingga selalu aku yang tersisih dan diusir minggir
Meski akhirnya aku percaya Tuhan selalu punya rencana terbaik atas setiap rasa sakit yang mencoba hadir
Kubiarkan segalanya mengalir, bukankah Tuhan lebih tahu apa yang lebih patut untuk diukir?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Yulia Nor Annisa Photo Verified Writer Yulia Nor Annisa

Tulislah agar tidak melupa | Banjarmasin, South Borneo

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • erwanto

Berita Terkini Lainnya