Kamu berniat baca buku untuk menenangkan pikiran? Jangan coba-coba tengok tujuh novel berikut. Bukannya menghibur diri, yang ada hatimu justru hancur berkeping-keping oleh ketidakadilan dan nasib buruk para lakonnya.
Namun, kalau memang novel penyiksa jiwa seperti ini yang sedang kamu cari, entah untuk pengalaman baru atau ingin mengasah empati, silakan coba tujuh judul berikut. Risiko tanggung sendiri, ya!
Sesuai judulnya, novel laris Elif Shafak ini berlatarkan momen 10 menit terakhir dalam hidup seorang pekerja seks komersial di Istanbul. Leila namanya. Ia dibunuh dan dibuang di tempat sampah. Dalam keadaan sekarat, ia mencoba mengenang memori-memori inti dalam hidupnya. Tentunya, hidup Leila tak semudah yang kita kira. Sejak kecil, ia harus menghadapi berbagai ketidakadilan, terutama yang berakar dari statusnya sebagai perempuan.
A Thousand Splendid Suns kurang lebih membahas isu serupa dengan novel sebelumnya, yakni ketidakadilan gender. Kali ini, latarnya Afganistan. Lakonnya dua perempuan beda generasi yang sama-sama harus menghadapi pahitnya hidup sebagai perempuan di tengah perang sipil. Laila dan Mariam pada satu waktu dipertemukan oleh takdir dan mencoba menolong satu sama lain. Siapkan mentalmu untuk mendengar kisah tragis mereka.
Berlakonkan dua remaja teropresi di sekolah, Heaven juga bakal menyiksa jiwamu. Parahnya, bukan pakai sudut pandang orang ketiga, Kawakami sengaja menggunakan kata ganti orang pertama yang bikin kisah keduanya makin nyesek di dada. Jangan harap kamu bakal dapat akhir yang definitif dan bahagia. Ini bukan tipe novel yang dibuat untuk menghibur.
Kalau ini kamu mungkin sudah sering dengar. A Little Life memang sempat viral beberapa tahun lalu, bahkan muncul rencana akan dibuat serial TV. Novel ini memang terkenal sebagai penghancur hati. Bagaimana tidak, salah satu lakonnya harus melalui masa lalu yang amat kelam. Saat akhirnya ia bisa bebas, kemalangan ternyata tak juga menjauh darinya. Yanagihara memang setega itu menyiksa pembacanya.
My Dark Vanessa mengikuti sudut pandang seorang perempuan 30 tahunan yang tiba-tiba diminta untuk jadi saksi atas kasus pelecehan seksual. Padahal, menurutnya, ia tak pernah jadi korban pelecehan. Namun, peristiwa ini memaksanya untuk mengingat kembali hubungan spesialnya dengan seorang guru yang berusia 30 tahun lebih tua darinya. Jangan-jangan selama ini ia hanya mengingkari statusnya sebagai korban?
Kisah menyiksa jiwa juga bisa kamu temukan dalam novel The Pear Field. Berlatarkan Republik Georgia, novel ini mengikuti Lela, gadis 18 tahun yang sebenarnya sudah lulus dari panti asuhan khusus anak-anak difabel. Namun, karena belum jelas akan ke mana dan merasa kasihan pada satu anak yang sudah ia anggap adik sendiri, Lela memilih bertahan dan bekerja di panti itu. Tentunya, panti ini bukan tempat ideal untuk tinggal dan tumbuh besar. Banyak kisah tragis dan abuse yang terjadi.
Sesuai judulnya, novel ini berkisah tentang pasutri asal Suriah yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang sipil. Meski punya dana untuk bermigrasi dan dokumen sah untuk mencari suaka, perjalanan mereka tidak mulus. Ada banyak rintangan dan kisah pilu yang harus mereka saksikan dan rasakan sendiri. Ini bukan tipe novel yang menenangkan hati, sebaliknya bersiaplah banjir air mata.
Memang gak semua novel itu bersifat menghibur. Hati-hati saja saat menemukan ketujuh judul ini di pasaran. Pastikan kamu siap disiksa oleh kisah-kisah getirnya.