Teruntuk Sahabatku yang Pergi dan Enggan Kembali

Meski Bukan sebagai sahabat, sebagai seseorang yang saling mengenal pun sudah cukup....

Teruntuk seseorang yang pernah menganggapku sebagai sahabatnya. Terima kasih untuk tahun-tahun dan hari-hari yang kita lewati bersama. Sungguh, Aku bersyukur bahkan hingga saat ini. Dipertemukan denganmu yang membuatku merasa memiliki keluarga baru. Meski saat ini nampaknya jalan kita tak lagi beriringan.

Saat ini, Kita seperti dua orang asing yang tak saling mengenal. Menatap enggan apalagi bertegur sapa. Pernah beberapa kali dari kejauhan Aku menatapmu, berharap Kau melihatku lantas melambaikan tangan seperti dulu saat kita masih seiring sejalan. Namun, semua hanya imajinasiku saja. Yang justru kudapat hanya tatapan datar serta sikap tak saling mengenal.

Juga, berkali-kali kudengar namamu mereka sebut di hadapanku, namun apa dayaku? Jika saja kita masih sehangat dulu, mungkin tanpa ragu Aku akan berlari menghampirimu. Bergelayut manja tanpa memikirkan pendapat orang lain. Lantas, berbagi kisah tanpa mengenal waktu. Menceritakan segala hal yang bisa kita ceritakan. Menertawakan hal-hal yang biasa tapi menjadi luar biasa saat kita membahasnya. Tapi, semua tinggal kenangan. Kamu dan Aku di sisi berlainan. Kata “sahabat” bahkan tak mampu untuk meredam ego kita masing-masing.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aku tak akan menyalahkanmu atas keadaan saat ini. Tak satu pun dari kita yang salah. Hanya ego kita yang terlalu enggan untuk mengalah. Bahkan untuk seseorang yang kita anggap sebagai “sahabat”.

Dan nampaknya kita tak pernah benar-benar menjadi “sahabat”. Karena yang ku tahu dan yang ku yakini, sahabat adalah seseorang yang ada tak hanya disaat suka, tapi juga disaat duka. Sahabat adalah seseorang yang membicarakan keburukanmu di depanmu, bukan di belakangmu. Sahabat adalah seseorang yang tak akan pernah pergi sekesal apapun Ia padamu. Ia tak akan pernah meninggalkanmu meski Kamu menyuruhnya pergi. Dan meski Ia tak bisa memberikan solusi yang Kamu butuhkan, tapi Ia akan menjadi pendengar yang baik bagimu.

Dan nyatanya, Kamu bahkan Aku juga tak layak dianggap sebagai sahabat. Maka dari itu, maafkan Aku yang tak bisa menjadi sahabat yang baik yang bisa kamu harapkan.

Teruntuk kamu yang pergi dan enggan kembali, semoga di lain waktu saat kita bertemu, kita tak lagi melihat ke belakang. Semoga waktu mampu meruntuhkan dinding-dinding ego dalam diri kita. Meski bukan sebagai sahabat, setidaknya menjadi seseorang yang saling mengenal, itu cukup.

Efrita Sari Photo Verified Writer Efrita Sari

Maybe someday.....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya