[PROSA] Pria Pengunjung Mimpi

Apakah itu kamu, pria masa laluku?

Mimpi-mimpi lucid yang kian hari tak luput menghampiri. Mimpi-mimpi yang tak bisa kubedakan dari bentala realita. Warna-warni yang melingkupi sekeliling, sejenak memanjakan netra ini. Aku tak mengerti mengapa aku di sini. Yang jelas, aku sendiri. Tanpa sesiapa yang menemani.

Di atas padang rumput hijau yang tak bertuan ini, cakrawala sungguh dengan sombongnya mempertontonkan wajah indahnya. Luas pandangan. Semua jatuh dalam pandangan. Semakin ku langkahkan kakiku, semakin aku rindu. Seolah dunia ini menuntunku kepada sesuatu.

Angin tetiba saja menerpa. Benih-benih dandelion pun ikut beterbangan. Seperti waktu itu, di mana aku dan kamu, hanya berdua, menatap senja. Kita hembuskan mereka tuk hadiahkan sang jingga. Aku jadi teringat kamu. Terdengar dari belakang punggungku, bunyi kepakan sayap. Aku menoleh dan menyaksikan surat-surat bersayap. Seperti kala itu, ku rangkai tulisan kepada sang pujaan, yang tidak lain adalah kamu. Aku makin teringat kamu. Aku mendongak. Lantas, kulihat iringan awan nila yang menghiasi langit adiwarna. Mirip warna favoritmu, ungu muda. Aku tak bisa melupakanmu.

Tentang rindu, aku terus teringat kamu. Tiap detik, menit, dan jam, aku ingin menemuimu. Andai saja kamu tak pergi lebih dahulu, mungkin kita ada kesempatan, untuk sekadar bertukar kisah, bertukar canda, dan mungkin bertukar rasa. Semakin ku ingat, semakin sesak di dada. Kenyataan selalu lebih pahit dari harapan. Atau, akunya saja yang terlalu tinggi menggantung harapan?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Dan sampailah diriku di depan sebuah kolam. Air mancur memancar dari pusatnya. Bukan kali pertama ku bertandang, ini sudah kesebelas kalinya. Bayang-bayang yang sempat ku perhatikan, kini semakin terang. Ku pikir, hanya ilusi semata. Nyatanya, bayang hitam tersebut ialah raga dari seseorang. Tubuh seorang pria jangkung berjaket parka ungu muda. Siapakah dia? Aku ragu tuk melangkah.

Namun, seolah berbisik suasana tuk segera menyapa. Tap, tap, tap, kakiku menderap. Sekali lagi, angin berhembus. Menghempaskan sekelebat rasa dan memori yang mengingatkanku pada masa lalu. Sinar terang tetiba terpendar dari cakrawala. Pria tadi lantas berbalik muka. Silaunya cahaya tak merelakanku melihat wajahnya.

Bagaikan gerhana, ia tutupi cahaya. Semakin ku pandang, tampak seperti orang yang ku kenal. Aku ragu untuk menduga. Akan tetapi, apakah itu kamu, pria masa laluku?

Baca Juga: [PROSA] Rintik Memori

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya