[CERPEN] Payung Cerah di Tengah Hujan

Kenangan manis di waktu hujan

Hari itu, hujan turun dengan deras saat aku berdiri di bawah atap halte bus yang sempit. Aku mencoba melindungi diri dari tetesan air yang jatuh dengan marah, tapi sepertinya tak ada tempat yang cukup aman. Baju kesayanganku basah oleh percikan air hujan, ditambah lagi dengan banyaknya orang yang menunggu kedatangan bus. Kami semua mencoba melindungi diri dari percikan hujan sehinggah membuat kami saling berdesakan. Aku merasa kesal dan frustasi, berharap hujan segera berhenti.

"Kapan hujan ini akan berhenti? Jika seperti ini terus, maka aku akan jatuh sakit," gerutuku sembari membersihkan wajah dan tubuhku menggunakan sapu tangan. Aku menghela napas perlahan untuk menenangkan pikiranku dan mencoba melihat sisi baik dari kejadian ini. 

"Kapan busnya akan datang? Ini sudah lewat 30 menit dari waktu kedatangan bus," keluhku sambil memandangi jadwal keberangkatan yang terpampang di halte. Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan melihat sekelilingku. Dalam kerumunan orang-orang yang berlindung dari hujan, aku melihat seorang pria dengan mantel kuning cerah dan payung yang sama cerahnya. Dia tersenyum ramah kepadaku, seolah-olah mengetahui betapa putus asanya diriku dengan hujan ini, tanpa ragu, dia mendekatiku.

"Duh, hujan ini memang tidak mengenakkan ya?"

Ucapnya sambil mengangkat payungnya lebih tinggi untuk melindungi kami berdua.
Pria dengan mantel kuning cerah itu terlihat eksentrik di mataku, dengan tubuh tinggi dan tegap, dia terlihat nyaman dengan warna mantel yang mencolok tak peduli dengan pandangan mata orang lain.

Pria itu berdiri di sampingku, masih tersenyum ramah. Aku merasa sedikit terkejut dengan kehadirannya, karena jarang sekali ada orang begitu peduli dengan orang asing di tengah keramaian seperti ini. Namun, senyumnya yang hangat membuatku merasa sedikit lebih baik. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Alex dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan tentang diriku. Dia ingin tahu dari mana asalku dan apa yang sedang aku lakukan di tempat ini.

"Hujan ini cukup mengganggu," jawabku sambil tersenyum balik kepadanya.

"Aku berharap hujan segera berhenti. Aku sudah cukup basah dan ingin segera pulang."

Alex mengangguk setuju. "Aku juga berharap begitu. Tapi, sepertinya hujan ini masih akan berlanjut untuk beberapa saat lagi," katanya sambil menatap langit yang masih gelap.

"Tapi jangan khawatir, mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan kesal kita selama menunggu bus datang."

Aku menatapnya dengan rasa penasaran. "Apa yang kamu maksud?"

Alex tersenyum lagi. "Bagaimana kalau kita bermain tebak-tebakan? Aku yakin itu bisa mengalihkan perhatian kita sejenak."
Aku tertawa kecil. "Tentu, mengapa tidak? Itu akan menjadi cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu."

Alex memulai dengan pertanyaan pertama, "Apa yang bisa terbang tanpa sayap?"
Aku berpikir sejenak, mencoba mencari jawabannya.

"Hmm, apakah itu angin?"
Alex tersenyum, "Benar! Jawabannya adalah angin. Bagus, kamu cerdas!"

"Sekarang giliranku," ucapku penuh antusias
Setelah memikirkannya dengan serius, aku mulai mengajukan pertanyaan yang menantang.

"Apa yang bisa terbang tanpa sayap dan bisa berenang tanpa kaki?"

Alex fokus memikirkan pertanyaanya dengan serius. Dia mencoba membayangkan objek yang sesuai dengan deskripsi yang aku berikan. Setelah beberapa saat, dia memberikan jawabannya,

"Hmm, apakah itu burung air?"

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar jawabannya

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Hahaha, jawabanmu lucu! Tetapi, jawabannya adalah udara. Udara bisa terbang tanpa sayap dan juga bisa berenang tanpa kaki!"

Mendengar jawabanku, Alex pun mulai ikut tertawa. Setelah kami mereda dari tawa, Alex dengan senyum lebar mengajukan pertanyaan berikutnya,

"Apa yang bisa terbang tinggi di langit, memiliki sayap, tetapi tidak bisa terbang?"

Aku memikirkan pertanyaan itu dengan serius, Setelah sejenak berpikir, aku memberikan jawabanku,

"Hmm, apakah itu pesawat terbang yang sedang parkir di landasan pacu?"

Alex tertawa dan menggelengkan kepala.

"Hehe, jawabanmu kreatif, tapi tidak tepat. Jawabannya adalah burung yang sedang tidur di sarangnya di pohon. Meskipun memiliki sayap dan bisa terbang, tapi saat sedang tidur, mereka tidak terbang."

Aku bergabung dalam tawa Alex, menyadari betapa jawabanku meleset dari pertanyaan yang diajukan. Permainan tebak-tebakan kami terus berlanjut, dengan kami saling mengajukan pertanyaan menarik dan mencoba menebak jawabannya. Setiap jawaban yang lucu atau tak terduga membuat kami tertawa.

Waktu terasa berlalu dengan cepat, dan kami terus menikmati momen berbagi teka-teki, tawa, dan keceriaan di halte bus yang masih berhujan. Namun, tiba-tiba suara bus yang mendekat terdengar di kejauhan. Kami berdua menoleh ke arah suara tersebut dan melihat bus yang kami tunggu akhirnya tiba.

Dengan sedikit kecewa, kami menyadari bahwa momen menyenangkan kami di halte bus harus berakhir di sini. Kami berdua saling menatap dengan senyuman di wajah kami, merasa berterima kasih telah menemukan keceriaan di tengah cuaca yang buruk.

"Sepertinya busnya sudah datang," ucap Alex dengan sedikit rasa penyesalan.

Aku mengangguk setuju,

"Ya, tampaknya kita harus berpisah di sini. Terima kasih, Alex, untuk momen yang menyenangkan ini. Aku benar-benar menikmatinya."

Alex tersenyum hangat,

"Sama-sama, aku juga merasa senang bisa bertemu denganmu dan berbagi tawa di tengah hujan ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu."

Kami berdua berpelukan singkat sebagai tanda persahabatan yang baru terjalin. Kemudian, dengan sedikit rasa sedih, kami berpisah di halte bus itu. Aku melangkah ke dalam bus, sementara Alex berjalan pergi ke arah lain.

Saat bus mulai bergerak, aku menoleh ke belakang dan melihat Alex masih berdiri di halte, tersenyum ke arahku. Aku mengangkat tangan sebagai tanda perpisahan yang hangat, dan dia mengangkat tangannya juga sebagai balasan.

Selama perjalanan pulang, aku masih teringat momen-momen lucu dan keceriaan yang kami bagikan di halte bus. Meskipun kami harus berpisah, aku merasa beruntung telah bertemu dengan seseorang seperti Alex yang bisa membuatku tertawa di tengah cuaca yang buruk.

Baca Juga: [CERPEN] Elegi Desember Relawan Sudut Kota

KoecengBirue 07 Photo Writer KoecengBirue 07

Tertarik dengan hal yang misterius

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi

Berita Terkini Lainnya