[CERPEN] Jatuh dan Patah Padamu

Ah, sebaiknya jangan dulu, batinku

Semalam sebelum tidur, aku tersenyum sendiri. Pesan darimu yang begitu singkat sontak membuatku senang seketika. Entah apa alasannya.  Kamu lalu pamit tidur lebih dulu. "Selamat tidur", katamu sebelum whatsappmu hanya menampilkan centang satu saat kukirimi pesan balasannya beberapa detik kemudian.

Aku selalu cepat membalas pesan darimu. Tak peduli seberapa singkat pesan itu, aku akan selalu membalasnya cepat dan dengan isi pesan yang selalu lebih panjang darimu. Sama ketika aku ingin  mataku berlama-lama menatap lentik indah matamu, hitam rambutmu, seutas senyummu, ekspresi cuek khasmu, gerak-gerikmu, aku pun selalu ingin berlama-lama berbincang denganmu di ruang chat.

Aku dan perasaanku tidak pernah berencana untuk rebah pada pesonamu, lalu nyaman dan jatuh cinta -walau mungkin aku jatuh cinta sendirian hingga saat ini-. Pikirku kamu pun tidak pernah sengaja membuatku terkesima pada setiap mata kita saling beradu pandang atau membuatku sebegitu tergila-gilanya padamu saat kau lempar senyum padaku. Waktulah yang membuat semuanya seperti sekarang.

Pagi tadi, aku sengaja mencari alasan menemuimu. Di sampingmu aku duduk dengan jantung yang berdebar kencang, tak teratur dan aku gugup. Kamu meraih tanganku tanpa sengaja, sedetik saja, meski harapku lebih lama lagi. Kamu tidak beranjak untuk menit demi menit berikutnya, kamu tidak sedang dalam fase perasaan sepertiku. Aku tahu itu. Persetan, kataku dalam hati. Kamu lalu tertawa di sebelahku setelah cerita yang kukarang menurutmu lucu.

Sore ini kamu memintaku menemuimu: yang pertama dan masa paling membahagiakan sejak perasaanku seutuhnya jatuh padamu. Ketika langit jingga menghantar mentari kembali ke peraduannya, kamu di sampingku, duduk berdua sambil menatap segala keindahan semesta. Kita terlibat dalam obrolan tentang banyak hal, aku dengan asap rokokku yang mengepul, sedang kamu dengan sebotol minuman di tanganmu yang sesekali kamu teguk.

"Kapan-kapan kamu tulis sesuatu tentangku", katamu manis.

"Nanti akan aku buatkan"

"Aku kan cantik, jadi tulisannya harus cantik juga", katamu sambil tertawa sedikit.

"Iya iya...".

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Hari belum sepenuhnya malam saat kita pulang. Sepanjang jalan kita tidak banyak bercerita. Aku tidak mau menerka apa yang sedang kamu pikirkan, aku terlampau bahagia hari ini. Ingin kumuntahkan semua yang ada dalam hatiku saat ini juga. Ah, sebaiknya jangan dulu, batinku.

Malam ini bersama dingin malam kota, aku duduk di teras sambil menunggu pesan darimu.

"Aku sudah menulis sesuatu, kamu baca dulu" kukirim pesan itu padamu, harapku agar kita segera bertukar pesan seperti biasanya.

"Coba kirim", balasmu singkat.

Aku dengan segera membalas pesanmu dengan tulisan yang telah kutulis sedari tadi.

Kamu adalah mentari pagi terindahku yang kutatap pertama kali saat kubuka mata, yang kusapa dengan ramah sambil bersyukur.
Hadirmu adalah garis rencana sang khalik yang paling kusyukuri.
Kita ada dalam satu lintas perjalanan yang sama dalam sehari.
Satu alasan tunggal yang membuatku nyaman menjalani hari sambil menanti senja datang hingga hari berganti malam.
Sore hari terbaikku adalah menutup hari bersamamu, menemanimu di bawah payung langit yang berhias goresan indah sang empunya kehidupan.
Ketika senja pamit pergi, yang kuharap senyummu tetap tinggal di sini, hinggap dan menetap dalam ingatanku, hingga bisa kukenang sebentar malam sebelum mataku terpejam.
Terima kasih telah, masih dan semoga akan selalu di sini denganku.
Peluk erat aku, biar hangat pelukmu menguasaiku sepanjang malam.
Tatap mataku barang untuk satu atau dua detik, aku terlampau nyaman menyusuri kedalaman cintamu yang terpancar pada kedua bola matamu.

Kamu membalasnya dengan tiga emoticon hati berwarna merah.

Detik-detik itu aku bingung harus bagaimana membalas pesan itu. Satu dua detik aku masih bingung membalas pesan darimu, aku keluar sebentar dari obrolan denganmu. Di kolom story whatsapp namamu terpampang paling atas, kubuka dengan segera dan kutemui foto seorang lelaki lain yang kau beri caption tiga hati berwarna merah juga.

Aku patah detik itu juga.

Baca Juga: [CERPEN] Sepenggal Cerita di Ujung Senja

Oswald Kosfraedi Photo Writer Oswald Kosfraedi

Selamat datang, saya abdiksi. Instagram @oswaldkosfraedi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya