[PROSA] Belajar dari Bulan Sabit

Hidup itu istimewa dan luar biasa

Malam mulai menyapa. Hujan menetes perlahan, jatuh dari ketinggian. Mengabarkan gembira juga terselip nestapa. Hampa di diri terasa melingkupi sanubari. Aku yang lelah, beranjak perlahan membuka buku harian, menumpahkan segala keresahan.

Terasa jatuh dan jenuh akan dunia yang kujalani. Lewat tulisan, aku belajar berbenah diri. Lewat puisi aku melepas belenggu ilusi. Hidupku lebih berwarna semenjak menulis prosa. Sepenuh jiwa kutuangkan di sana. 

Aku membuka jendela kamar. Dari sana, samar terlihat bulan sabit, terselubung mendung tipis yang menggantung. Hawa dingin menghampiri, aku tidak peduli. Dari sanalah aku menerima inspirasi. Masalah perlahan musnah, solusi sering menyapa kala aku sendirian saja.

Mendung tersingkap juga. Akhirnya bisa kutatap bulan sabit. Terlihat kecil, namun itu tetaplah bulan. Temaram, namun tetap berusaha memberikan sinar. Mengingatkan pada diriku sendiri. Insan sederhana yang berusaha menggapai cita-cita.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Bulan sabit tidak sendirian malam ini. Bersamaku melalui kehidupan. Bila bulan terhalang awan maka aku terhalang keadaan. Silih berganti ujian datang mengadang. Tak jarang mengusik dan menguji kesabaran. Sikapku sama seperti siklus bulan, kadang kusapa ujian dengan senyuman laksana purnama, kadang juga aku yang terhempas, hilang kendali seperti bulan mati, menghilang dari lukisan langit malam.

Tatapanku mulai sayu, rasa kantuk datang memburu. Ragaku ingin istirahat namun jiwaku masih terpikat. Tulisanku mulai terputus namun harapanku belum ingin pupus. Aku harus bisa seperti bulan sabit. Menerangi dan memberi asa, meski hanya dalam bentuk sederhana.

Semesta kembali mengajariku malam ini. Lewat intipan sipit bulan sabit, dia menyampaikan pesan tersirat. Aku harus bisa menghapus gelisah, membuang pergi keraguan diri dan berdamai dengan sakit hati. Sisihkan itu semua, perlahan bahagia akan menyapa. Hidup itu istimewa dan luar biasa namun kadang aku yang terbata, tak kuasa membaca alurnya.

Perlahan kututup jendela, kubaringkan raga, kupejamkan mata serta memaknai segala pesan semesta. Semoga hari esok yang lebih cerah akan kembali menyapa.

Baca Juga: [PROSA] Dunia Sadar Manusia

Riza AA Photo Verified Writer Riza AA

Pria yang ingin berkarya. Ig: @faruqrizaal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya