ilustrasi orang membakar satai (unsplash.com/Fitria Yusrifa)
Mbak Ambyah adalah pionir dari pembuatan sate klathak. Konon, di 1940-an, warga Desa Jejeran, Bantul, banyak yang memelihara kambing. Dari situ, Mbah Ambyah berkreasi dengan membuat sate berbahan kambing untuk jualannya.
Mbah Ambyah pun mulai merintis usaha sate klathak-nya di tahun 1946 dengan bertempat di bawah pohon melinjo, dan Mbah Ambyah inilah yang menjadi satu-satunya penjual sate klathak kala itu.
Penamaan sate klathak ini ada berbagai versi. Ada yang menyebutkan bahwa klathak berasal dari kata melinjo, karena Mbah Ambyah dulu berjualan di bawah pohon melinjo, dan melinjo ini disebut dengan klathak. Ada pula yang mengatakan bahwa klathak adalah suara saat sate klathak dibakar.
Versi lain menyebutkan, bahwa dulu nama sate klathak ini adalah sate uyah (satai garam). Namun nama tersebut dirasa namanya kurang menarik oleh cucu Mbah Ambyah. Di tahun 1992, sang cucu yang bernama Pak Bari ini, mengganti nama sate uyah dengan nama sate klathak, yang diambil dari sebutan klathak pada biji melinjo.