3 Jenis Cokelat Bubuk yang Sering Digunakan di Industri Kuliner

Cokelat termasuk bahan penting untuk membuat makanan dan minuman. Tidak sekadar mengandalkan warnanya yang dapat menggungah selera. Penambahan cokelat turut berperan menambahkan cita rasa pada hidangan.
Ada banyak jenis cokelat yang disesuaikan dengan peruntukannya, termasuk cokelat bubuk. Ternyata, cokelat bubuk pun terdiri dari beberapa jenis yang memiliki karakteristik berbeda.
Supaya gak salah pilih, ada tiga jenis cokelat bubuk yang kerap digunakan dalam industri kuliner. Tiap bubuk cokelat memiliki kegunaanya sendiri, lho!
1. Cokelat bubuk alami
Cokelat bubuk alami menjadi salah satu jenis yang paling umum dijumpai di toko atau resep. Cokelat bubuk alami diekstraksi menggunakan proses Broma. Lemak atau mentega kakao dipisahkan dari biji atau cokelat yang telah berwujud cair. Kemudian, biji kakao kering yang tersisa digiling menjadi bubuk cokelat.
Jenis cokelat bubuk ini tidak mengandung pemanis tambahan, sehingga kerap diberi label unsweetened cocoa powder atau pure cocoa powder pada kemasannya. Mudah dikenali dengan warna cokelat terang yang khas. Rasanya pahit, sedikit asam, dan beraroma buah.
Sesuai namanya, “alami” menunjukkan bahwa kakao tidak diproses lebih lanjut. Hal ini membuat tingkat keasamannya lebih rendah dibanding cokelat bubuk Dutch process. Kadar pH antara 5,3—5,8 yang membuatnya cocok digunakan bersama soda kue. Sebab, cokelat bubuk alami akan mengalami reaksi kimia yang membuat adonan mengembang.
Sayangnya, cokelat bubuk alami memiliki rasa yang agak tajam dan bisa terasa sangat asam. Selain itu, tidak mudah larut dalam susu dan air. Namun, akan menghasilkan minuman yang beraroma, jika dibuat minuman berupa cokelat panas dan cocok dicampur dengan kayu manis.