ilustrasi lentog Tanjung (instagram.com/kuduskulineran)
Konon katanya, lentog Tanjung ini tercipta akibat warga Desa Tanjung yang tidak diperbolehkan untuk menjual nasi. Warga pun berpikir untuk mengubah nasi menjadi lentog sebagai makanan pokok. Untuk menambah cita rasa, warga juga membuat sayur yang lezat dan dapat menjadi makanan pendamping lentog.
Alasan warga desa Tanjung dilarang menjual nasi, konon katanya ada seorang Wali yang membangun masjid untuk menjadi pusat dakwah di Kudus secara diam-diam. Wali dan murid-muridnya pun membangun masjid di malam hari hingga subuh, agar rencana pembangunannya tidak digagalkan oleh Kerajaan.
Namun suatu hari, saat para murid Wali mengangkut bahan bangunan, terdengar suara ketukan saringan kelapa milik ibu penjual nasi. Suara tersebut mirip dengan suara beduk subuh, sehingga para murid pun menganggap hari sudah pagi. Hal itu pun membuat mereka berhenti bekerja lalu buru-buru mengerjakan sholat. Mengetahui murid-muridnya tidak mengerjakan pembangunan masjid, sang Wali pun kecewa.
Salah satu murid menceritakan bahwa ada suara seperti beduk subuh yang tak lain dan tak bukan berasal dari ketukan ibu penjual nasi. Maka dari itu, sang Wali meminta agar warga Desa Tanjung tidak berjualan nasi terlebih dulu.
Warga Desa Tanjung pun melakukan permintaan sang Wali sebagai bentuk rasa hormat mereka dalam membantu tersebarnya Islam di Kudus. Dari situlah asal-usul lentog tanjung berasal dan menjadi kuliner primadona di Kudus.