ilustrasi soto Betawi (instagram.com/auntiemainstream)
Dilansir Antara, pembuatan soto tangkar dan soto Betawi punya nilai historis yang berbeda. Soto tangkar muncul pada masa penjajahan kolonial Belanda di Indonesia. Adapun kata ‘tangkar’ sendiri berarti tulang iga sapi dalam bahasa Betawi.
Lahirnya soto tangkar karena terbatasnya bahan pangan akibat harga yang mahal pada zaman itu. Oleh karena itu, masyarakat Betawi memutar otak dan beradaptasi dengan memasak sajian nikmat seadanya.
Mulanya, soto tangkar dibuat dari sisa daging sapi untuk pesta meneer Belanda. Orang Belanda sengaja tidak memasak beberapa bagian tubuh sapi, seperti jeroan, tulang iga, dan kepala sapi. Bagian tubuh sapi tersebut lalu dimanfaatkan masyarakat Indonesia menjadi soto tangkar.
Di sisi lain, nama soto Betawi mulai digunakan masyarakat luas pada 1977 yang dikenalkan oleh seorang penjual soto keturunan Tionghoa. Sebelumnya soto Betawi lebih sering dijajakan dengan menggunakan nama pemilik kedainya seperti Soto 'Pak/Bu X' tanpa kata 'Betawi' sebagai tambahannya, menurut Antara.
Konon kabarnya, soto Betawi merupakan makanan yang berasal dari China, melansir laman Seni Budaya Betawi. Hal itu lantaran Jakarta, yang dahulu lebih dikenal sebagai Batavia, menjadi salah satu jalur perlintasan para pedagan dari berbagai etnis termasuk Tionghoa.
Menurut laman Dinas Kebudayaan Jakarta, pada 1940, Soto H. Ma'ruf merupakan salah satu pioner yang membuat resep soto Betawi dengan susu. Penggunaan susu pada soto muncul karena sebuah insiden yang tidak disengaja.
Insiden tersebut bermula saat stok santan untuk membuat sotonya habis. Sementara, saat itu, hanya susu yang tersedia. Kemudian, H. Ma'ruf mencoba memasukkan susu sebagai pengganti santan. Tak disangka susu tersebut membuat kuah soto jadi lebih gurih. Akhirnya, penambahan susu untuk kuah soto Betawi dipertahankan dan berlanjut hingga sekarang