Pelaksanaan First UN Tourism on Gastronomy se-Asia Pasific di Cebu, Filipina (IDN Times/Dewi Suci Rahayu)
Puso tidak merujuk pada resep tertentu, melainkan bentuk anyaman pembungkusnya. Ada banyak variasi yang dinamai berdasarkan bentuknya. Selain itu, penyebutannya sesuai dengan bahasa daerah dan suku masing-masing.
Beberapa variasi puso antara lain binaki atau kongkang yang berarti bentuknya mirip katak. Ukurannya besar dan menjadi varian puso paling besar di antara lainnya. Banyak dibuat oleh orang Palawan.
Berbeda dengan patupat, puso versi Luzon Utara yang berbentuk menyerupai persegi panjang datar. Direbus menggunakan santan dan gula muscovado atau molase. Kemudian, disajikan sebagai hidangan penutup.
Tamu pinad menjadi paling umum di kalangan masyarakat Tausug dan paling mirip dengan ketupat dari Indonesia. Sesuai dengan namanya, berarti tamu atau puso berbentuk berlian. Biasanya juga disajikan saat Hari Raya.
Variasi lainnya, yakni binangkito, binosa, binungi, bulasa, hellu, kinasing, pat bettes, dan ulona a babak. Ada lagi yang unik, puso khas Capiz terbuat dari beras ketan yang bercita rasa manis. Manisnya berasal dari nira pohon nipah dan disajikan sebagai hidangan penutup.
Nah, itulah puso, sejenis ketupat yang lekat dengan budaya kuliner Filipina. Kerap dibawa sebagai bekal untuk perjalanan jarak jauh hingga perayaan tertentu, karena dianggap praktis, mudah dibawa, dan dapat dinikmati kapan saja.